Mohon tunggu...
Achmad Ridwan Sholeh
Achmad Ridwan Sholeh Mohon Tunggu... Akuntan - Pegawai

Ayah dari Achmad Ibrahim

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

5+1 Cara Bertahan pada Krisis Keuangan se-Masuk Akal Mungkin

6 Mei 2020   11:13 Diperbarui: 6 Mei 2020   15:32 1011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah kondisi sulit kewarasan akal juga harus dijaga Tak perlu memaksakan kondisi sekarang untuk membeli outfit agar terlihat hype abizz. Ada baiknya anggaran outfit dan similikitinya ini disimpan dengan baik atau digunakan untuk bersedekah bagi yang membutuhkan. Lumayan kan pahala membantu sesama, hitung-hitung nyicil rumah di surga yang harganya gak ada di KPR bank.

2. Makan Secukupnya dan Wajar

Makan merupakan hal pokok dalam menunjang hidup, kalo dalam robot (yang bunyi fayer-fayer) makan itu baterainya. Disini saya tekankan, bahwa makan itu tak hanya cukup tapi juga wajar. Keduanya merupakan frase yang tidak terpisahkan dalam urusan penghematan. Banyak yang telah berhasil dengan metode “Cukup dan Wajar”, contoh saja mahasiswa kasta menengah ke bawah. Terbatasnya pemberian orang tua membuat mereka menjadi smart people dalam urusan perperutan.

Istilah cukup memang berbeda-beda setiap orang, tetapi pada intinya tidak berlebihan. Semacam saya misalnya, gaji yang tak terpaut jauh dari UMR tentu tidak mungkin setiap hari makan makanan cepat saji yang iklannya tak sesuai dengan kenyataannya.

Untuk orang semacam saya makan roti burger satu ukuran paling kecil mana kenyang, adanya beli 3 dan ditotal sama minumannya bisa sampai Rp, 100.000 sekali makan, kalau 3x makan?, apa gak ambyarrr.

Contoh saya dengan gaji UMR, cukupnya nasi Warteg porsi kuli dan es tehnya cukup Rp, 15.000, sesekali bolehlah yang agak mahal dikit. Untuk yang sudah berkeluarga lebih baik untuk sarapan dan makan malam di rumah. Selain lebih hemat dan juga bisa berkumpul bersama keluarga. Ingat kata Bapak, lelaki hebat adalah yang mampu menyediakan “makanan” untuk keluarganya.

Nongkrong coret saja dari listmu saat ini. Gak makan dan minum ditempat tongkrongan, gak bakal membuatmu sakaratul maut. Minuman kopi-kopi modern itu lebih cocok dibilang diabetes maker dengan kandungan kopi kurang dari 10%.

Belum lagi harganya bisa 5 kali lipat dari kopi hitam di warung yang kandungan kopinya mencapai 90% (saya tidak bilang 100% karena ada yang dicampur jagung). Berhenti dululah wahai kisanak, ngaduk kopi dirumah saja, #stayathome.

3. Mencari Alternatif Sumber Pemasukan Baru.

Gini loh, yakinlah Tuhan sedang menguji agar dirimu menjadi pribadi yang adaptable dengan berbagai masalah. Setelah masa-masa sulit berlalu kegiatan pekerjaan sampingan ini bisa jadi menjadikanmu wirausahawan baru dan lebih baik dari sekedar bekerja dengan orang lain. Sungguh banyak kisah orang sukses karena keterdesakan dan kesusahan.

Contoh saja sewaktu kita kuliah bila kiriman dari kampung tak mencukupi atau tak ada, tentu diinisiasi dengan bekerja sampingan agar tidak mati konyol di kos. Bahkan selevel Chairul Tanjung, Bos Trans Corp sewaktu kuliah pernah bekerja sebagai tukang fotokopi demi mencukupi kebutuhan hariannya. Hari ini siapa yang tak kenal Chairul Tanjung si Anak Singkong?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun