Pulau Madura, pulau yang semua orang tahu dengan ketidaktahuannya.
Pulau yang terkesan seram dan tak berpenghuni dipenuhi kabut apabila dilihat dari pulau Jawa. Rumor yang beredar tentang isi dari pulau Madura menambah kesan horor yang dimilikinya.Â
"Mungkin itu pulau yang dipenuhi zombie seperti di film Resident Evil", pikir orang Bandung atau Jogja soal Pulau Madura.
Tenang bapak ibu, pulau Madura tidak seperti yang anda bayangkan. Penghuninya ramah-ramah dan berbahasa sopan, khususnya dengan yang lebih tua. Hanya saja nada bicara atau intonasinya agak kasar, kayak Batak lah.
Untuk urusan agama, ini paling mantap menurut saya. Selalu manut dengan kiyai-kiyainya. Bahkan sebajing-bajingnya orang Madura tak pernah membantah ucapan alim ulama. Ini terbukti dari semua kepala Daerah di empat kabupaten tidak jauh dari kalangan ulama, baik saudaranya, sepupunya, keponakannya atau bahkan iparnya.
Gus Dur (Abdurachman Wahid) yang berasal dari NU menjelaskan tentang agama orang Madura. "Agama orang Madura itu NU" ucapnya. Bukan maksud menghina hanya menjelaskan perihal kepatuhan pada seorang kiyai. Konon saat Gus Dur dilengserkan, orang Madura lah yang siap mati agar Gus Dur tetap jadi Presiden RI.
Orang Madura memang terkenal sebagai petualang, merantau ataupu menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) merupakan pekerjaan yang lumrah. Tanah Madura yang gersang membuat terbatasnya pilihan pekerjaan, merantaulah ke kota-kota untuk mencari penghidupan yang lebih baik
Bahkan saya pernah menemui keturunan Madura di kota Probolinggo. Fasihnya berbahasa Madura, menambah keyakinan bahwa dia seorang Madura yang kenal dengan budaya dan Pulau Madura tempat asalnya
Tapi anggapan saya keliru, dia tak benar tahu tentang Pulau madura, bahkan dia tak pernah kesana. Konon mbahnya bermigrasi ke Probolinggo sebelum dia lahir dan tak pernah kembali kesana, bahkan untuk sekedar berekreasi.Â
Hanya bahasa satu-satunya peninggalan Madura yang diturunkan kepadanya. Banyak seperti ini di Pulau Jawa dimana mereka berbahasa Madura, tapi tak pernah ke Pulau Madura itu sendiri. Orang Madura  menyebut orang yang seperti ini adalah Madura Swasta.
Madura swasta sangat banyak tersebar di kota-kota seluruh Indonesia. Ini banyak ditemui baik dipinggir kota, maupun di jantung kota. Mereka sudah mandiri di perantauan dan tak ada keinginan kembali ke pulau gersang apalagi untuk menetap disana.
Sejak dihubungkan dengan jembatan Suramadu (singkatan Surabaya madura) Pak Susilo Bambang Yudhoyono selaku Presiden di tahun 2009 perkembangan Pulau Madura sangat stagnan. Ya, tidak terjadi perkembangan apa-apa dari segi pembangunan maupun ekonomi.Â
Satu-satunya yang meningkat dari adanya jembatan Suramadu adalah budaya anak mudanya. Anak mudanya tambah Haluu menurut saya. Kebiasan-kebiasaan daerah mulai terkikis sejak meningkatnya asimilasi budaya.Â
Banyak anak muda yang enggan melestarikan budaya daerah. Tentu menurut mereka hal-hal tersebut kuno dan ketinggalan jaman. Bahkan dalam bahasa tata krama kebanyakan dari mereka hanya menggunakan bahasa Madura kasar yang tak pantas diucapkan kepada yang lebih tua.
Dari segi ekonomi Pulau Madura sangat tertinggal di Provinsi Jawa Timur. Bila dilihat secara geografis Madura, tak ubahnya Kota Gresik dan Sidoarjo yang berbatasan langsung dengan Surabaya. Kedua kota, baik Gresik dan Sidoarjo berkembang sangat pesat mengikuti Surabaya, Madura?
Ya Pulau Madura dengan 4 kabupatennya tertinggal jauh dari Gresik dan Sidoarjo. Bahkan dari segi Ekonomi, pulau Madura masih temasuk dari pulau tertinggal. Kenapa saya bisa bilang demikian? Karena di LPDP (beasiswa kementerian keuangan) ada nama Madura untuk beasiswa daerah tertinggal.
Melihat pulau Madura sebagai daerah tertinggal dalam list LPDP, sebagai orang Madura saya miris. Bagaimana bisa pulau Madura tidak ikut makmur seperti Surabaya padahal sudah ada jembatan Suramadu?. Bukannya arus ekonomi lebih lancar, arus barang sudah tidak melalui laut.
Berbanding terbalik sejak jembatan Suramadu berdiri, perekonomian masyarakat sekitar Pelabuhan mati total. Semua pedagang bergeser ke area jembatan Suramadu. Ketatnya persaingan diantara pedagang kecil dan sedikitnya orang yang membeli membuat omzet mereka berkurang.
Seharusnya gedung-gedung pencakar langit itu sudah banyak di pulau Madura mengingat Suramadu sudah lebih dari 10 tahun. Tapi nyatanya tidak ada apa-apa di seberang jembatan Suramadu wilayah Madura. Hanya hamparan sawah dan warung-warung gedek ilegal bertaburan.
Jika investor mencari tanah kosong dengan harga murah dekat kota Surabaya, Pulau Maduralah jawabannya. Pabrik bisa dibangun disana berhektar-hektar dan harga yang jauh sangat murah daripada Kota lain di sekitar Surabaya.Â
Tenaga kerja murah, distribusi bahan baku lancar, pelabuhan besar se-Indonesia tersedia, tetapi kenapa susah sekali pemerintah membangun pulau ini?. Apa memang benar pulau Madura di anak tirikan oleh Provinsi Jawa Timur?.Â
Tentu ini akan disanggah keras dengan jajaran Pemprov dengan alasan yang menyakitkan telinga bila mendengarnya. Konon menurut beberapa calon investor bahwa Pulau Madura, baik pemerintahnya maupun lingkungannya tidak mampu memberikan stabilitas keamanan bagi mereka.Â
Alasan yang kurang tepat menurut saya, bukannya aparatur keamanan negara baik TNI dan Polri siaga 24 jam menjamin keamanan. Alasan banyaknya preman menjadikan Investor enggan berinvestasi. Apa bedanya dengan Jakarta?, bahkan Jakarta itu sarang penyamun negeri ini, preman kelas teri sampai paus ada disana.Â
Ada yang bilang Madura itu konservatif, tentu ini tidak salah tapi dalam segi apa?. Bukannya kepatuhan masyarakat terhadap pemimpin ulamanya menjadikan mudah bagi para investor. Masyarakat Madura pun saat ini sudah banyak yang mengenyam pendidikan tinggi dan wawasan terbuka.Â
Madura tak lebih dengan kearifan lokal yang perlu pendekatan persuasif dari pemerintah. Bukannya Presiden Jokowi sudah menerapkan "kerja, kerja, kerja...". Malah jajaran dibawahnya "fee, fee, fee proyek".
Saking kesalnya akan nihilnya pembangunan Madura, Presiden Jokowi hingga menetapkan tarif tol Jembatan Suramadu menjadi nol rupiah alias gratis. Ini berlaku pada kendaraan apapun mulai dari sepeda motor hingga truk tronton.
Salah satu yang menyebabkan Madura tak berkembang adalah ego sektoral. Baik di jajaran pemerintah daerah dan pemerintah provinsi masih tarik ulur. Entah apa yang mendasari para pemimpin-pemimpin ini hingga 11 tahun Madura tanpa perkembangan yang berarti.Â
Wacana-wacana pembangunan hanyalah ilusi penyedap telinga. Mulai dari pelabuhan peti kemas, terminal peti kemas, kawasan pergudangan, pabrik-pabrik, perkantoran di daerah Suramadu tak ada satupun wacana yang terealisasi.Â
Tentu masyarakat awam semacam kita selalu su'udzon. "Paling-paling gak jauh dari urusan itu", ucap seorang mahasiswa yang sering demo di kantor pemerintah sambil menyilangkan jempol dan telunjuknya. Sarangheyoo.Â
Di lain pihak masih banyak masyarakat Madura yang optimis pada pembangunan Pulau Madura. Sejak penetapan gratisnya tol jembatan Suramadu, warga di Pulau Garam merasa yakin Pulau Madura bisa menghapus diri dari julukan daerah tertinggal.
Diharapkan setelah ini para investor tertarik membangun pabrik-pabriknya, mengingat transportasi barang yang sudah semakin murah. Hal ini juga perlunya sambutan hangat dari pemerintah lokal dan masyarakat Madura sendiri dalam bersikap profesional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H