Ya ampun sungguh wabah Corona ini membuat kita su'udzon (berburuk sangka) terhadap siapa saja.Â
Ada orang bersin sedikit. Akal kita langsung men-judge "Corona pasti nih". Langsung buru-buru cari masker.
Ada orang badannya meriang. "Kena Corona nih, mati gue kalau deket-deket". Kabur jauh-jauh.
Orang ngajak salaman. "wah bisa Corona nih". langsung salaman jarak jauh mode bertapa.
Makan mie ayam di pinggir jalan, tangan abang yang jualan dipelototin, "Corona nih, pasti Corona". Karena terlanjur bayar, akhirnya dimakan juga tuh mie ayam sampe habis. Dasar kelakuan "kaum rebahan".
Mungkin kalau ada orang yang kena kadas, kurap, kutu air dikira tertular Corona juga. Kemudian dilaporkan ke pihak berwenang dan statusnya meningkat sebagai ODP (Orang Dalam Pemantauan). Yaa Tuhan, Ampuni hambamu bukan maksud kami berpikiran seperti ini. Itu hanya bisikan Iblis yang terkutuk.
Pikiran-pikiran parno (paranoid) semacam ini timbul dengan sendirinya ditengah hantaman pemberitaan Corona yang masif. Seakan-akan otak kita didoktrin melalui media massa bahwa hanya kita saja yang sehat lainnya kena Corona.Â
Hal ini sangat maklum di tengah wabah yang tidak kelihatan gejala-gejalanya. Ada pula kasus Corona di mana secara tiba-tiba korban meninggal di atas motor. Ada yang sehat-sehat saja, sehari setelahnya meninggal di dalam kamar.
Bila gejalanya tampak seperti zombie layaknya film Resident Evil yang terkena dampak "T Virus" tentu kita-kita tidak akan saling curiga antara satu dengan yang lain. Solusi terbaik dari penanganan wabah T Virus di film Resident Evil adalah ambil kampak daripada suudzon.Â
Mungkin Korea Utara mengambil referensi dari film Resident Evil untuk menangani wabah virus Corona. Selain hemat anggaran juga mempersingkat waktu penanganan. Mantul sekali kan, "Tembak aja semua Lord Kim, biar cepet beres".