Pembukaan hari ini IHSG langsung terjun bebas menuju 4000
Akibat Covid-19 (Corona Virus Disease) yang meluas merambah ke seluruh kota di Indonesia berdampak pada kegiatan perekonomian. Pemerintah melalui beberapa kementerian menerapkan kerja di rumah selama 14 hari hingga menunda rapat-rapat koordinasi lintas wilayah. Hal ini untuk mengurangi penyebaran virus Corona ke berbagai wilayah.
Sejak berubah status menjadi pandemi, wabah virus Corona menjadi mimpi buruk yang menakutkan bagi masyarakat. Pedagangan dihentikan, banyak yang merugi dari melambatnya kegiatan ekonomi. Arus distribusi yang berhenti membuat barang dan jasa tidak berputar sehingga tak ada uang masuk dan keluar. Pengusaha dan Investor sangat merasakan dampak dari virus Corona, terlebih yang berhubungan dengan kegiatan pariwisata, semacam hotel, pesawat terbang, dan destinasi wisata.
Langkah Lockdown yang akan dilakukan di Ibukota Jakarta akan memberikan dampak yang besar bagi perdagangan. Jakarta sebagai pusat segalanya akan berdampak kepada kegiatan ekonomi yang pada akhirnya merubah drastis iklim investasi. IHSG sejak 2 pekan ambruk, investor mengambil dana mereka sesegara mungkin untuk menghindari kerugian yang lebih parah.
IHSG (indeks Harga Saham Gabungan) sejak awal Maret menunjukkan tren menurun cukup tajam dan belum ada tanda-tanda untuk membaik. Kemarin (16 Maret 2020) IHSG menurun sangat tajam di angka 4.684 (4,54%). BEI menyarankan agar investor tidak panik akibat aksi jual dari beberapa "trigger maker". Investor. Gejolak pasar merupakan hal yang wajar dalam menghadapi kondisi bursa saat ini. Hal lumrah terjadi di seluruh dunia dimana aksi jual mendominasi dibanding aksi beli.
Berbeda dengan IHSG yang terus turun tajam pada 16 Maret 2020, Dow Jones naik cukup tinggi di angka 23.185 (9,36%), Nasdaq naik 7.874 (9,35%), Â S&P 500 naik 2.711 (9,29%), Indeks Russel naik 1.210 (7,77%). Semua kompak mengalami kenaikan, hanya IHSG yang menurun tajam. Pengamat saham berpendapat bahwa aksi-aksi emiten untuk mengangkat IHSG belum berdampak signifikan. Adapun kenaikan indeks tersebut masih terlihat semu diantara kepungan pemberitaan virus Corona yang makin meluas.
Berikut 15 emiten LQ 45 yang mengalami penurunan paling tinggi pada 16 Maret 2020 dari perdagangan sebelumnya:
No.EmitenPenurunan Nilai Saham1UNVR7%2MNCN7%3INKP6,98%4MEDC6,96%5HMSP6,95%6EXCL6,94%7AKRA6,93%8SMGR6,93%9BBNI6,92%10TKIM6,91%11ITMG6,90%12JPFA6,90%13INDF6,88%14INTP6,87%15ERAA6,86%
Sedangkan 30 emiten lainnya tidak jauh dari angka 5-6% tingkat penurunannya. Hanya satu emiten yang stagnan dan tidak mengalami penurunan, yakni TPIA (Chandra Asri Petrochemical, Tbk) dari perdagangan di hari sebelumnya. Penurunan ini akan berlangsung di hari-hari berikutnya seiring dengan pemberitaan Corona yang menyebar.
IHSG akan terus tertekan saat dalam kondisi reses dimana perusahaan-perusahaan mengalami penurunan operasional. Laporan kinerja perusahaan akan terbebani produksi yang menurun dan saluran distribusi produk terhenti. Di lain kebijakan pemerintah untuk bekerja di rumah dan diwajibkan memberikan gaji penuh tentu sangat membebani operasional perusahaan.Â
Usaha kementerian BUMN (Badan Usaha Milik Negara) memberikan stimulus Buyback saham belum ada tindakan nyata menyelamatkan IHSG yang secara de facto kondisi fundamental perusahaan-perusahaan BUMN yang listing di bursa mengalami penurunan kinerja. Menteri BUMN Erick Thohir juga menyatakan bahwa BUMN tetap beroperasi normal dan melayani masyarakayt
Di lain pihak, para Investor kelas "Kakap" juga masih siap siaga dan masih menyimpan dana cash. Bukan langkah yang bijak berinvestasi hanya untuk kehilangan uang dalam kondisi seperti ini. Sebagian besar investor berpendapat sama dengan melakukan Cutloss dan menyimpan uang kas untuk berjaga-jaga runtuhnya IHSG. Di lain pihak Dirut BEI Inarno Djajadi menyampaikan sebaiknya investor bersikap rasional.
Langkah-langkah lockdown yang dilakukan pemerintah di seluruh dunia akan menyebabkan krisis ekonomi baru. Krisis ekonomi diperkirakan akan lebih parah dari tahun 2008 dan berlangsung cukup lama . Krisis ekonomi akan menyebabkan pengangguran, kekurangan pasokan makanan, dan daya beli masyarakat. Â
Kegiatan ekonomi akan membaik hingga virus Corona benar-benar berhenti menyebar. Vaksin penyembuh untuk pasien Corona merupakan harapan ditengah-tengah masyarakat dunia yang sedang panik saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H