Mohon tunggu...
Achmad Rafsanjani
Achmad Rafsanjani Mohon Tunggu... Konsultan - Praktisi People Development. Belajar Menulis, Psikologi Sosial Politik. Penikmat Buku, Film dan Sepakbola.

Consume Less. Share More. Live Simply. What we do in life. Echoes in eternity. #Seperti yang dikatakan oleh Peter Ustinov dalam Aftertaste (1958), sedikit orang berhenti menjadi manusia, dan mulai menjadi gagasan, kemudian menjadi monumen, sampai akhirnya menjadi aftertaste: bukti kejayaan masa lalu yang menyisakan rasa tertentu di kepala-kepala generasi saat ini#

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Leiden is Lijden

26 Oktober 2019   11:59 Diperbarui: 29 Oktober 2019   18:57 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Keteladanan
Haji Agus Salim adalah Bapak Bangsa yang kompleks; Ia penerjemah, wartawan, diplomat dan ulama, juga sastrawan.

Sebagai wartawan ia tercatat menjadi Ketua Dewan Pers pertama. Pernah menjabat menteri luar negeri beberapa kali. Dengan kapasitas diplomasinya, kemerdekaan Indonesia mendapat pengakuan negara-negara Arab pada 1947.

Penerbitan ceramahnya tentang Islam di Cornell University (1953), Amerika Serikat, menasbihkan Bapak Bangsa ini sebagai perintis pemikiran neo-modernisme Islam di Indonesia.

Teladan terpenting dari Haji Agus Salim adalah kesederhanaan dan idealisme, serta keteguhan mempertahankan dua hal tersebut.

Sebagian generasi JIB (seperti M Natsir, M Roem, Kasman, Prawoto hingga Jusuf Wibisono) adalah anak didik Haji Agus Salim yang belajar agama, dari tempat yang satu ke tempat lain; yang bergantung ke mana Haji Agus Salim dan keluarganya harus pindah dan mengontrak rumah, dari sebuah gang becek ke gang becek lain.

Kasman Singodimedjo dengan sangat baik melukiskan hidup Haji Agus Salim ini sebagai 'leiden is lijden', memimpin adalah menderita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun