Tanpa pengendalian imsak, tanpa batasan-batasan "tahu diri", sudah pasti runtuh ini alam semesta.Â
Bagaimana dengan manusia? Ini makhluk memang berbeda. Manusia diberi pilihan yang tidak terbatas justru di tengah keterbatasan yang mengurungnya. Manusia bisa membentangkan nafsu keinginan tanpa batas. Puasa menjadi semacam tali kekang agar manusia tidak liar.Â
Sayangnya, hidup kita belum sepenuhnya dikendalikan kesadaran imsak. Hidup jadi terbalik-balik. Saat harus mengerem malah tancap gas. Saat harus ngegas malah ngerem. Ketika lebih baik diam malah banyak ngomong, ketika harus ngomong malah diam seribu bahasa.
Hidup yang terbalik-balik itu bahkan menyentuh hal-hal substantif yang menjadi fondasi dasar kehidupan. Yang mulia dihinakan, yang hina dimuliakan. Yang benari disalahkan, yang salah dibenarkan. Yang kanan di-kiri-kan, yang kiri di-kanan-kan. Yang utara di-selatan-kan, yang selatan di-utara-kan. Atau memakai ungkapan klasik: tuntunan jadi tontonan, tontonan jadi tuntunan.
Puasa bulan Ramadan menjadi metode untuk menyeimbangkan kembali kehidupan. Kita mengelupas kulit kebodohan, topeng kesewenang-wenangan, gincu keangkuhan, lipstik kecongkakan, kostum adigang adigung adiguna agar mlungsungi menjadi manusia yang mengerti batas dan menyayangi sesama.
Selamat menjalankan ibadah puasa bulan Ramadhan 1443 H.[]
Jagalan, 01 April 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H