Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berdebat tentang Gula tapi Tidak Merasakan Manisnya Gula

14 Juni 2020   14:52 Diperbarui: 15 Juni 2020   15:04 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: PEXELS.com/Mohamed Hassan

Dua pengembara tersesat di hutan belantara. Dari kejauhan mereka melihat sebuah danau. Haus yang sangat membuat mereka bergegas menuju ke sana. Kurang beberapa meter dari danau, tampak makhluk yang tiba-tiba terbang.

"Burung Rajawali!" teriak pengembara pertama.

"Bukan, itu tadi ikan," kata pengembaran kedua.

Pengembara pertama tertawa. "Mana ada ikan bisa terbang setinggi itu?"
"Ada."

"Yang bisa terbang itu burung."

"Bisa terbang atau tidak, pokoknya, tadi itu ikan!"

Semoga saya, Anda dan kita semua tidak pernah bertemu dengan makhluk "Si Pokoknya" itu.

Kembali ke soal manis dan gula. Alih-alih bersikap toleran pada penghasil rasa manis selain gula, ia siap menabrak dan melabrak siapa pun yang berbeda pendapat dengan dirinya.

Cara pandang itu bisa diaplikasikan, misalnya hubungan "rasa manis" iman dan "bentuk formal" agama. 

Kasus intoleransi antaragama bermula dari perseteruan "bentuk formal" agama ketimbang menebarkan "rasa manis" iman.

Yang dipertengkarkan adalah agama sebagai lembaga, padatan, kostum bahkan institusi kebudayaan. Padahal agama bukan itu semua. Agama bukan penampilan wadag yang dengannya kadar iman seseorang diukur.

Meminjam terminologi arek-arek Maiyah, agama itu letaknya di dapur. Ia menempati bilik privat dalam kesadaran pemeluknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun