Ilmu Dimulai dari Bertanya
Oleh karena itu, agenda utamanya adalah menyuntikkan pola pikir yang terbuka. Setidaknya, secara teknis, para guru berlatih membuat pertanyaan terbuka.
Menumbuhkan rasa ingin tahu dalam diri siswa, memancingnya dengan pertanyaan kunci, membimbingnya melalui dialog dua arah, hingga menyusun bahan informasi menjadi simpulan akan meningkatkan capaian akademik siswa terutama dalam kemampuan membaca dan menulis.
Siswa tidak sekadar diisi air pengetahuan. Mereka perlu diajak menimba air pengetahuan dari sumur kenyataan. Sayangnya, selama ini siswa tak ubahnya gelas yang diisi bermacam-macam air pengetahuan. Saking banyaknya air itu lantas tumpah dan meluber. Sikap pasif saat belajar benar-benar melumpuhkan urat syaraf berpikir.Â
Siswa tidak terlatih mengeja apalagi membaca fakta dan realitas di sekitarnya. Alih-alih piawai menyusun pertanyaan yang kritis, baru mulai proses berpikir mereka langsung disergap rasa takut salah di depan guru.
Kritis mengajukan pertanyaan untuk menemukan jawaban merupakan kunci membuka hijab ilmu. Selama pertanyaan macet, selama itu pula ilmu akan ngumpet.
Pembelajaran konvensional yang teacher oriented tidak hanya membuat ilmu semakin ngumpet. Bahkan pintu masuk menuju gudang ilmu dikunci rapat-rapat.
Sampai kapan siswa sanggup bertahan?[]
Jagalan, 080620
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI