Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Mengapa Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Masih Dipandang Pelajaran "Hiburan"?

10 Mei 2020   20:17 Diperbarui: 10 Mei 2020   20:17 1859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Kompas.com/M LATIEF

Yang diburu adalah formalisme nilai pelajaran matematika, bukan cara berpikir logis matematis. Yang dikejar adalah formalisme nilai pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, bukan visi berpikir logika saintifik. Yang dibanggakan adalah formalisme nilai pelajaran Bahasa Indonesia, bukan kemampuan dasar logika berbahasa.

Demikian pula dalam pelajaran Penjaskes. Yang penting siswa bersenang-senang dalam aktivitas fisik, bukan menggali dan menemukan makna tentang olahraga, kesehatan, keseimbangan tubuh, kerja sama team, kolaborasi, sportivitas, dan kandungan filosofis lainnya.

Kita tentu tidak ingin anak-anak muda kita menjadi generasi yang gagap menjaga kesehatan dirinya, gamoh dan mudah sakit-sakitan. Apalagi di tengah situasi pandemi kesehatan menjadi kebutuhan yang sangat mahal.

Bergeraklah, kecuali kita siap menjadi batu yang ditumbuhi lumut! []

Jagalan, 100520

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun