Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Bahaya Tersembunyi" di Balik Ajakan Berpikir Positif

15 April 2020   21:52 Diperbarui: 15 April 2020   22:13 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, sejumlah efek dari berpikir positif patut diwaspadai. Berpikir positif akan mengundang bias optimisme yang merugikan pelakunya dan orang lain. Bias optimisme membawa seseorang menuju situasi mental optimis tapi tidak realistis.

Bias optimisme, seperti disampaikan Rizqy Amelia Zein, Assistant Professor in Social and Personality Psychology, Universitas Airlangga mewujud dalam tiga bentuk. Pertama, ilusi kontrol, yaitu keyakinan berlebihan dapat mengendalikan situasi eksternal; kedua, ilusi superioritas, yaitu keyakinan bahwa seseorang memiliki kelebihan daripada orang kebanyakan; ketiga, ilusi kemungkinan, yaitu ketika seseorang merasa kecil kemungkinannya dirinya akan mengalami hal negatif.

Dari sisi pandang ketiga ilusi tersebut kita jadi mengerti mengapa jalanan masih dipadati lalu lalang kendaraan, orang keluar rumah tidak menggunakan masker, warga berkerumun tidak menerapkan anjuran physical distancing.

Memang, faktor penyebab semua perilaku itu cukup beragam, berlapis-lapis dan berlipat-lipat---mulai faktor rendahnya kewaspadaan individual dan sosial, miskinnya nalar sehat hingga lemahnya narasi mitigasi bencana.

Yang dikhawatirkan adalah secara tidak sadar kita malah menjalankan "pola hidup" berpikir positif. Pe-De alias percaya diri yang kebablasen. Optimisme yang dihasilkan bersifat semu. Kita terjebak ilusi sikap positif yang tidak realistis. Hal ini justru kontra produktif dengan upaya memutus penyebaran virus.

Atau kita bicara yang sederhana saja, yakni bias informasi. Imbauannya berbunyi: "Yang keluar rumah memakai masker." Pemahamannya jadi seperti ini: "Ooo, ternyata boleh keluar rumah asalkan memakai masker."  

Jalanan semakin ramai. Itu pun yang keluar rumah tidak semuanya menggunakan masker. 

Siapa tidak pusing!

Jagalan, 150420

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun