Benar nasihat para manusia bijak bestari. Kebaikan jangan ditunda. Spontan saya mengirim pesan kepada Mas Alfa, pendamping lapangan Yayasan Baitul Maal (YBM) PLN Mojokerto. "Ada bantuan masker, Mas?"Â
Tidak menunggu lama Mas Alfan memberi balasan. "Saya usahkan ya."
Sambil menunggu kabar baik dari YBM PLN Mojokerto, teman-teman dari Forum Pemuda-Pemudi Peduli Jagalan (FP3J), diketuai Muhammad Ali Fikri, melanjutkan rembukan. Setelah melaksanakan penyemprotan desinfektan di kampung Jagalan, mereka juga menyiapkan wastafel portabel untuk warga.
Westafel dibuat secara sederhana dari timba dan dilubangi untuk memasang kran. Lima buah fasilitas cuci tangan lengkap dengan sabun, siap dipasang di beberapa lokasi.
Whatsapp saya berdenting. Ada pesan masuk. "Butuh masker berapa?" Mas Alfan kembali menghubungi saya. Fikri dan teman-teman FP3J segera saya hubungi. Mereka memiliki data yang saya butuhkan. Diperlukan 350 masker, terutama untuk para pekerja harian yang sering mangkal di jalan. Kebutuhan itu langsung saya sampaikan ke Mas Alfa.Â
"Baik, besok pagi saya bersama para muzaki berangkat ke Jagalan. Masker bisa dibagikan," Â Mas Alfan menyampaikan kabar baik.
Nova Hadi R., mewakili teman-teman FP3J, menyampaikan terima kasih atas kepedulian dan kebaikan berbagi dari YBM PLN Mojokerto. Demikian pula harapan dari Pak Arif, semoga sinergi kebaikan ini terus berlanjut.
Pagi itu kami bergerak. Yang dituju adalah blok rumah kontrakan yang dihuni oleh para pekerja harian. Mereka adalah pedagang kecil, pengangkut sampah, tukang becak, penjual jajanan di pinggir jalan.Â
Masker dibagikan. Ini masker dua lapis dan bisa dicuci. Edukasi cara pemakaian disampaikan secara gamblang.
"Setelah masker ini dipakai jangan dibuang ya Mbah. Niki saget diumbah. Mantun niku saget didamel maleh. (Masker ini boleh dicuci. Setelah itu bisa dipakai lagi)." Â
"Kalau keluar rumah, berjualan, atau narik becak, maskernya dipakai, biar aman."
"Satu orang satu masker. Jangan satu masker dipakai bergantian..."
Warga pun meresponsnya dengan antusias. Perasaan haru, salut, trenyuh menyelinap ke dalam hati saya. Ini bukan romantisme yang cengeng. Bukan pula sikap bangga hati karena mau berbagi lalu dibranding sebagai sikap yang rendah hati. Adegan siang itu menerbitkan matahari optimisme.
Adapun hubungan saya dengan teman-teman FP3J cukup dekat. Mereka bukan para pejuang filantropi yang gagah perkasa meneriakkan penderitaan orang kecil. Tidak pula cakap membuat proposal dana kemanusiaan sebagai "proyek" yang menggiurkan. Apalagi memukau "pemilik modal" yang dananya diunduh melalui teknik presentasi tingkat tinggi.
Warga rumah kontrakan dan teman-teman saya adalah rakyat biasa dalam arti yang sebenarnya. Lingkup pemberdayaan yang mereka kerjakan juga tidak jauh-jauh dari lingkungan sekitar. Namun, saya jatuh cinta dengan kesungguhan, kekompakan, ketulusan anak-anak muda ini.
Doa dan harapan saya, yang dianggap kecil oleh mata manusia semoga memiliki nilai Kemuliaan di hadapan-Nya.
Saya meyakini pertemuan teman-teman FP3J bersama YBM PLN Mojokerto sebagai pertemuan yang momentumnya disutradarai oleh Yang Maha Kuasa. Tumbu ketemu tutup, kata orang Jawa.
Pandemi Covid-19 menggerakkan sesama orang kecil melalui jalinan tolong menolong dan kebersamaan gotong royong. Aku melindungimu, kamu melindungiku menjadi kesadaran bersama untuk kehidupan yang lebih baik dan bermartabat. Semoga[]
Jagalan, 2 April 2020
Tulisan ini saya persembahkan kepada Arek-arek FP3 Jagalan Desa Kepatihan Kab. Jombang dan para dermawan Yayasan Baitul Mal (YBM) PLN Mojokerto. Sekecil apapun kebaikan yang kita kerjakan, Tuhan pasti akan mencatat dan melipatgandakannya dengan kebaikan demi kebaikan selanjutnya.