Bagaimana rasanya membangun pengalaman menulis dengan cara "diisolasi" di atas lereng bukit yang berhadapan langsung dengan gunung Anjasmoro?
Tentu akan menjadi pengalaman yang unik dan berkesan. Empat puluh peserta dari berbagai kota di Jawa Timur merasakan pengalaman tersebut selama dua hari, pada Sabtu dan Minggu (21-22/9/2019).
Kelas Menulis Kemah Literasi Angkatan I berlokasi di DeDurian Park Desa Segunung Kec. Wonosalam Kab. Jombang. Kawasan perbukitan ini sengaja didesan sebagai wahana wisata dan edukasi.
Suasananya nyaman. Udaranya dingin. Sepanjang mata melempar pandang, terhampar kawasan hutan di sepanjang lereng gunung Anjasmoro.
Peserta tidak tidur di kamar, melainkan di tenda yang telah disiapkan sebelumnya. Acara seperti ini boleh juga diberi tajuk Writing Camp.
Yang menarik, setiap kelompok berdiskusi untuk memilih sebuah tema. Diskusi berlangsung cukup hangat di tengah hawa dingin malam hari.
"Awalnya agak susah memadukan ide dan gagasan. Namun hal ini bisa teratasi karena kita saling menerima dan menghargai pendapat orang lain," kata Mita, pelajar SMK dari Surabaya.
Setiap anggota kelompok lantas menulis artikel sesuai tema yang telah disepakati.
Mengalami kesulitan saat mengerjakan tulisan? Tenang saja. Beberapa mentor penulis siap  memandu peserta. Sebut saja, Teguh Wahyu Utomo, Aditya Akbar Hakim, Bambang Prakoso, dan saya sendiri.
Dr. Muhsin Kalida, dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan penggerak literasi, menyuntikkan motivasi kepada peserta.
Tidak ketinggalan Direktur DeDurian Park, Yusron Aminullah, juga penulis buku Pensiun Bermartabat, master trainer Menebar Energi Positif (MEP) terlibat langsung membimbing kelas menulis.
Penulis Pemula
"Mengapa saat menulis, saya kehabisan stok pikiran, padahal tulisan belum saya rampungkan?" tanya Ibu Siti, seorang guru dari Blitar.
Ada pula pertanyaan yang menarik. Apa yang harus dikerjakan oleh penulis pemula?
Saya bertanya balik, siapa yang dimaksud sebagai penulis pemula? Dia jawab, penulis pemula itu dirinya sendiri.
Ini pertanyaan jamak disampaikan di kelas menulis atau workhshop penulisan. Kali ini saya menjawabnya dengan jawaban yang tidak lazim, sesuai versi saya terhadap idiom penulis pemula.
Pertama, saya menulis dan setiap hari menulis supaya tetap menjadi penulis pemula. Selesai merampungkan satu tulisan, saya segera melupakannya. Kadang kebablasen sehingga saya benar-benar lupa apa yang saya tulis dua hari lalu.
Saya merasa tidak pernah menulis. Karena itu, saya harus mulai menulis lagi dari awal. Saya adalah penulis pemula, yang harus memulai menulis dan belum pernah menghasilkan tulisan yang bagus.
Untuk itu, ini poin kedua, saya kembali memperbarui kemampuan menulis. Selalu belajar dan terus belajar. Tidak pernah merasa sudah ahli. Selalu menyadari kekurangan, kebodohan, ke-tidaklogis-an dan seterusnya.
Ketiga, formula ini sekadar respon atas pertanyaan sahabat peserta Kelas Menulis. Saya, Anda, kita dan siapapun silakan menemukan formula khas dirinya.
"Jadi, saat Anda menulis, cuek saja! Letakkan semua beban, bundelan, formula, rumus, aturan, atau apapun saja yang menyumbat ekspresi kebebasan Anda."
Tidak terasa, penutupan kegiatan Kelas Menulis Kemah Literasi tinggal beberapa jam lagi. Di akhir sesi acara, setiap kelompok menyerahkan file tulisan.
"Percayalah, apa yang Anda tulis akan menjadi sesuatu yang berharga," kata Yusron Aminullah. "Berharga isinya, berharga manfaatnya, berharga sebagai buah dari ketangguhan Anda memroses diri."
Selamat datang di Kemah Literasi. Selamat berkarya, menitipkan pesan pada dunia yang fana. Tulisan Anda akan mengalir menuju kesejatian yang abadi.[]
Wonosalam, 220919
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H