Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ingin Mendapatkan dan Menikmati Semuanya? Ah, yang Benar Aja!

23 September 2019   08:56 Diperbarui: 23 September 2019   09:06 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menikmati kebahagiaan berbeda dengan melanggengkan kebahagiaan. Menikmati kebahagiaan dibatasi oleh ruang dan waktu. Sedangkan melanggengkan kebahagiaan tidak bergantung pada "sesuatu" dan tidak terikat oleh dimensi ruang dan waktu.

Kita kerap menyatakan, "Zaman saya masih kecil, alangkah menyenangkan saat...(mandi di sungai, memanjat pohon jambu, bermain petak umpet)."

Sedangkan generasi yang lebih muda, mendambakan, "Pasti akan menyenangkan kalau saya...(lulus dengan IPK 4.0, bekerja sebagai Presiden Direktur, memiliki istri yang cantik dan salihah)."

Pada sisi yang lain, saat membincangkan masa depan, kita memiliki bias optimisme, yakni kecenderungan untuk berpikir bahwa masa depan kita akan lebih baik dari masa kini.

Lantas, kapan kebahagiaan yang sesungguhnya sedang berlangsung? Momentum kebahagiaan di masa lalu tidak akan terulang. Sedangkan di masa akan datang kebahagiaan belum terjadi.

Jadi, menikmati kebahagiaan itu ya sekarang ini, disini ini. Now and Here! Kita hadir secara utuh dan mengutuh di ke-KINI-an dan di ke-DISINI-an. Kewaspadaan ini akan menjaga kita dari turbulance emosi dan pikiran.

Melalui kesadaran itulah kita mengendalikan diri sehingga tidak berambisi untuk memperoleh dan menikmati segalanya. Sekarang dan disini merupakan koordinat bagi hadirnya kebahagiaan.

Bagaimanapun, sedih dan bahagia datang silih berganti, seperti siang menggantikan malam. Kewaspadaan diri yang utuh serta mengutuh, akan menuntun kesadaran kepada fakta alamiah bahwa bahagia dan sedih datang silih berganti.  

Jadi, menikmati dan melanggengkan rasa bahagia, diupayakan dengan mengutuhkan perasaan dan pikiran di ke-kini-an dan ke-disini-an. Pada dua titik koordinat itulah kita mengatasi kecemasan saat menatap masa depan dan mengenang kesedihan masa lalu.

Pada satu detik kemudian, masa kini telah menjadi masa lalu. Dan satu detik berikutnya kita bergerak ke masa depan.

Karena itu, dambaan terhadap kebahagiaan tidak bisa disandarkan kepada sesuatu yang bersifat materi. Kopi atau teh spesial bukan faktor utama penyebab kebahagiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun