Anak usia tujuh tahun memanggul tas ransel berisi buku pelajaran sekolah bisa seberat 5 kg. Hikmahnya, meraih suskes masa depan memang berat. Setidaknya, anak sudah dilatih menanggung beban berat menjalani hidup sejak dini.
Anak-anak tidak boleh cengeng apalagi gampang mengeluh. Perkara anak mengeluh nyeri punggung, sakit kepala dan susah berkonsentrasi, orangtua tinggal menyuapinya dengan gizi dan suplemen yang lebih ampuh.
Yang tidak kalah hebat menyiapkan masa depan siswa adalah makhluk bernama sekolah. Tidak cukup belajar hingga jam satu siang, para stakeholder membuat bermacam-macam program belajar.Â
Akibatnya, jam belajar di sekolah berlangsung hingga sore. Rata-rata siswa pulang pukul 16.00.
Program apa saja? Selain kurikulum inti, siswa belajar kurikulum muatan lokal dan kegiatan ekstra. Sebut saja misalnya, literasi sekolah, pagi religius, penghijauan lingkungan, klub bahasa, kelompok sains. Semua program yang padat berisi itu diberi label pendidikan karakter.
Harapannya, siswa menjadi manusia dengan kepribadian yang "maha sempurna": menolak korupsi, anti narkoba, menjaga kelestarian lingkungan, beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, rajin beribadah, cerdas, kreatif, inovatif, disiplin, pandai mengaji, akhlak terpuji, melek literasi, tidak menyebar berita bohong, cintai persatuan, toleran, nasionalis sejati...
Hebat bukan? Betapa sangat mulia misi dan tujuan yang diusung sekolah di negeri ini. Tidak heran, di kabupaten tempat saya tinggal, SD dan SMP negeri akan menyelenggarakan Madrasah Diniyah (Madin).
Saat tulisan ini dibuat, Dinas Pendidikan Kabupaten tengah membuka lowongan bagi ustadz-ustadzah yang ikhlas mengabdikan dirinya mendidik siswa melalui program madrasah diniyah tersebut.
Demi masa depan siswa, program yang mulia itu jangan kepalang tanggung. Sekalian juga di-launching Madrasah Antikorupsi, Madrasah Sadar Lingkungan, Madrasah Anak Sholih-Sholihah, Madrasah Berkarakter, Madrasah Peduli Fakir Miskin, Madrasah Anti Polusi, Madrasah Gemar Sedekah...
Tidak perlu risau. Ruangan di dalam otak siswa bisa diinstal miliaran gigabyte program kebaikan yang normatif dan teoritis.
Bukankah anak-anak itu tak ubahnya keramik kuno yang harganya sangat-sangat mahal? Kita harus menjaganya. Tangan-tangan yang kotor jangan sampai menjamahnya.