Walaupun pada perspektif yang lain, rakyat kecil, kaum pinggiran yang menerima perlakuan "haram" terus bertahan hidup dengan bekerja serabutan dan seadanya. Daya hidup mereka cukup tinggi berkat kesanggupan mengelola ketidakdilan yang "haram" menjadi nilai kebijaksanaan yang "halal". Mereka mengalami langsung adegan haram bihalal.
Lalu, mampukah saya mengikis egoisme halalbihalal sebagai keuntungan sepihak sementara yang sesungguhnya terjadi adalah halalbiharam dan harambihalal? Bagaimana saya menjamin bahwa upacara halalbihalal tidak sekadar formalisme acara tahunan sementara sudah saya siapkan rancangan, skema, skenario liberalisme, kapitalisme, sopo siro sopo ingsun untuk tali temali kekuasaan yang setiap ujungnya berada di genggaman tangan saya?
Susah benar saya mengunyah makanan halalbihalal ini. Saya kembali teringat kawan saya. Ia pernah memberi nasihat. "Lulus menjadi manusia itu tidak gampang," katanya. "Tapi kita terlanjur berani memakai baju kebanggaan sebagai pemimpin atau apa saja yang ternyata berakhir dengan kepedihan haram biharam."[]
Jagalan, 8 Juni 2019