Setelah rewel dengan tradisi buka bersama, kawan saya yang lain jadi ketularan. Ia ikut-ikutan rewel dengan undangan halalbihalal.
Saya tidak berniat mewawancarainya. Kebetulan saja saya mampir ke rumahnya untuk menyampaikan undangan halalbihalal. Lalu apa kata dia?
"Yang menimpa saya, baik haram, makruh dan mubah, sudah saya halalkan semua," ucapnya.
"Maksudnya apa?"
"Kalau sudah saya halalkan semua, apakah saya masih perlu menghadiri acara itu?"
"Ini acara kumpul bareng teman lama."
"Ini undangan halalbihalal atau kumpul-kumpul?"
"Halalbihalal sambil kumpul-kumpul?" jawab saya sekenanya.
Saya segera mengalihkan pembicaraan sebelum dia ngomel dengan seribu pertanyaan lagi. Dan tidak berhasil. Kawan saya terlanjur "panas". Ia tancap gas lagi.
"Lalu apa relevansi halalbihalal dengan kumpul-kumpul? Untuk menghalalkan yang haram apakah perlu dibarengi dengan acara kumpul bersama? Bagaimana kalau yang terjadi sebaliknya: kumpul bareng justru menghasilkan keharaman-keharaman?"
"Jangan buruk sangka!" Saya memotongnya.