Maka, sontoloyo bukan sontoloyo, genderuwo bukan genderuwo. Mereka adalah imaji di alam pikiran yang kita mainkan semau-mau selera kita. Kata-kata itu, mulai dari kata yang beraroma surga hingga neraka, tidak penting lagi diucapkan sesuai makna dasar dan etimologinya ataukah tidak. Surga bisa berarti neraka, putih adalah hitam, pengecut adalah pahlawan, pejabat dijunjung sebagai pemimpin.
Entah bagaimana asal mulanya: nama seseorang yang menjadi identitas kini berubah jadi personalitas. Dia itu siapa rasanya lebih wah, lebih mewah, lebih masyhur daripada apa dan bagaimana perilakunya.[]
Jombang-Yogya, 12 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H