Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bukankah Itu Kematian

8 Desember 2018   07:01 Diperbarui: 8 Desember 2018   11:01 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk apa jadi makhluk purba, berkelana menjaring makna, melacak arah angin, menghitung tetesan embun, kalau akhirnya sepi dan merana.

"Berkarib sepi menghela udara, kabut senja mengabarkan rahasia, terdengar tanah merintih. Kau di mana?"

Ayolah, tengok itu manusia melipat waktu melawan fana, sambil tertawa bertukar cerita, batu-batu gersang jiwa remang-remang.

"Aku tidak menyeru apalagi berburu, diamku membahana dinding-dinding gua, meringkus geram menerbitkan asa."

Kata-kata, khutbah pesanan dari mulut malaikat, puisi dan sajak pantun mainan, manusia selau merancang kepastian.

"Kau berkata tentang kepastian? Bukankah itu kematian?"

Jagalan 081218

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun