Saya jadi berpikir keras, tugas menulis pengantar Kampung Literasi Desa Mentoro bukan pekerjaan enteng, kecuali literasi dipahami sebagai literasi yang terkonotasi---literasi yang didefinisikan secara minimalis, misalnya gerakan memberantas buta huruf, kemampuan kognitif untuk membaca dan menulis atau paling jauh kemampuan berbicara secara lisan (oral).
Menulis pengantar gerakan literasi akan tidak seringkas dan sesederhana konotasi literasi yang semakin nge-blur oleh bias-bias. Definisi literasi yang minimalis akan mengabaikan konteks sosial dan budaya Indonesia. Hal itu tak ubahnya merumuskan gajah cukup dengan meraba-raba ekornya, lalu di-swafoto-kan bahwa ekor gajah adalah gajah.
Yang benar-benar saya syukuri, Mentoro dan Padhangmbulan tidak ikut-ikutan latah ber-swafoto, simbol eksistensisme manusia zaman now. []
Jombang, 120218
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H