Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mesin Waktu Orangtua "Zaman Old"

15 Januari 2018   01:14 Diperbarui: 15 Januari 2018   03:05 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mata pandang kita ternyata tidak harus selalu melihat masa depan. Sesekali atau dalam momentum tertentu mata pandang diarahkan ke belakang. Setelah saya diajak terbang ke masa depan, Bapak menarik anak panah ke belakang. "Dahulu, zaman Bapak masih kecil..." Refleksinya adalah melesat jauh ke masa depan harus seraya mengenali akar sejarah masa lalu. Partikel-partikel kanvas DNA masa lalu mewarnai lukisan masa depan.

Hal itu sebenarnya logis dan wajar. Kalau akar sejarah kita adalah bangsa Nusantara, jadilah bangsa Nusantara. Kalau partikel kesadaran akar kita adalah Garuda, jadilah Garuda. Kalau kita orang Jawa, jadilah orang Jawa. Kalau kita orang Bugis, jadilah orang Bugis. Baik sebagai individu maupun bangsa kita berproses menjadi individu dan bangsa yang otentik. Membangun rumah kejayaan masa depan memerlukan fondasi masa lalu yang kokoh.

Jadi, alur perjalanan masa kini (sekarang), masa depan, masa lalu adalah gerakan spiral---rotari dan linier sekaligus. Kita bisa menggunakan "mesin waktu" ini, misalnya sebagai cara pandang untuk mencermati tahun politik 2018-2019, menilai para Cagub dan Cawabup, atau untuk mengatasi persoalan hidup sehari-hari. Monggo sak kerso panjenengan. []

Jombang, 15 Januari 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun