Saya membayangkan ada definisi lokal tentang literasi yang disesuaikan dengan pola kebutuhan masyarakat setempat. Rumusan definisi itu bisa jadi akan berbeda titik tekannya di setiap daerah, sesuai fakta pluralitas masyarakat setempat, walaupun tetap dihidupi oleh roh literasi yang sama.
Definisi pengertian literasi boleh beragam, namun tetap berakar pada gerakan pemberdayaan yang sama, dan tidak boleh dibatasi sekadar gerakan untuk memberantas "buta huruf" dan "buta angka".
Sebenarnya basis gerakan literasi bisa diberangkatkan dari kompleksitas permasalahan yang dihadapi masyarakat. Sahabat saya di dusun Bajulmati Kab. Malang menggalang gerakan literasi tidak langsung mengampanyekan pentingnya membaca buku. Bagaimana warga dusun dan anak-anak gemar membaca kalau kesadaran orangtua terhadap pendidikan masih sangat rendah.
Sahabat saya lantas merintis sekolah komunitas yang melibatkan warga dusun. Perjuangan itu dimulai dengan mengedukasi warga tentang pentingnya pendidikan bagi masa depan anak-anak. Kekayaan dan potensi lingkungan yang melimpah di dusun Bajulmati dijadikan laboratorium alam dan ruang kelas yang terbuka.
Dari perjalanan sahabat saya merintis sekolah komunitas khas orang dusun itu, kebutuhan terhadap akses bacaan yang berkualitas akan muncul secara alami. Kehadiran buku-buku berkualitas sebagai salah satu sumber informasi dan ilmu otomatis tumbuh dengan sendirinya. Minat membaca buku tumbuh di kalangan warga---akibat lanjutan setelah sahabat saya sukses mengajak warga dusun dan anak-anak membaca potensi khas alam lingkungan dusun mereka. Â
Bukan hanya itu, gerakan literasi yang berbasis pada kontekstualitas persoalan di masyarakat akan tumbuh secara mengakar. Kampung-kampung di perkotaan yang sungainya dilanda pencemaran akut dapat menjadikan kondisi lingkungan tersebut sebagai isu sentral untuk membangun kesadaran literasi.
Selain sebagai isu sentral untuk menemukan solusi bersama, gerakan literasi yang berangkat dari akar persoalan lokal dapat membangunkan kesadaran individu dan kolektif untuk mengarungi makna kesadaran yang lebih holistik dan universal.
Ringkasnya, pengertian literasi tidak selalu dan tidak harus bersifat minimalis seperti yang selama ini didengung-dengungkan. Definsi yang tidak sumir sehingga tidak mudah disalahartikan.
Pada akhirnya, literasi adalah proses belajar itu sendiri---proses belajar sepanjang masa (life-long learning). Bagaimana wajah literasi 2018? Akankah hadir dengan wajah baru yang lebih ramah? []
Jagalan, 30 Desember 2017Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI