Alih-alih meninggalkan jejak bahasa yang mengandung nilai-nilai kebaikan dan kebijaksanaan, para koruptor yang menggarong uang rakyat itu bahkan merobohkan pilar-pilar peradaban yang tercermin dalam muatan filosofis sebuah kata. Para maling itu meracuni jantung komunikasi. Mereka menghancurkan sendi kehidupan hingga ke akar-akarnya.
Saya benar-benar kepingin tahu bagaimana rupa sel-sel berpikir dalam otak para koruptor saat menyebut kata "pengajian" sehingga mengalami distorsi yang daya rusaknya sangat dahsyat. Kalau ditilik per individu, perilaku memalingi uang rakyat itu bukan sekadar kasus hukum. Ia adalah peristiwa korsleting budaya cara berpikir---bahkan korsleting yang mengalirkan arus tragedi kemanusiaan. Gamblangnya, mereka yang mengglangsing uang negara itu patut dipertanyakaan: jangan-jangan mereka adalah hewan yang nyamar jadi manusia.
Bagaimana lagi? Manusia kok mencuri. Manusia kok menipu. Manusia kok menghina. Manusia kok memerkusi. Manusia kok mem-bully. Manusia kok memonopoli kebenaran. Manusia kok membunuh manusia. Dan itu semua tidak cukup hanya dengan dijawab: "Pejabat atau apapun profesinya juga manusia!"
Kita bisa menderet panjang kok, kok, kok itu hingga pada akhirnya tiba pada kesimpulan bahwa manusia tengah menghancurkan dan membusukkan diri mereka sendiri ke dalam liang kubur yang hina.
Bahkan terhadap satu biji kata, kita wajib untuk waspada.
Cinangka, 28 Desember 2017