Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berendah Hati di Hadapan "Peradaban Kerokan"

24 November 2017   21:17 Diperbarui: 24 November 2017   21:30 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: https://theconversation.com/

Ketiga, di tengah arus mainstream pengobatan modern, pengobatan tradisional diakomodasi sebatas pengobatan alternatif. Yang primer adalah obyektifitas dan rasionalitas medis pengobatan zaman now, dengan industri farmasi sebagai tulang punggungnya. Pengobatan alternatif berhadapan muka, face to face, dengan raksasa global industri medis modern dan industri farmasi.

Polarisasi antara rasionalisme logika medis dengan kerokanisme pengobatan alternatif tidak terelakkan. Rasionalisme-materialisme pasti akan memenangkan logika medis pengobatan modern. Tidak heran, karena pengobatan medis modern lahir dari rahim rasionalisme-materialisme. Iklan pengobatan medis tidak terutama untuk mendidik jangan sampai Anda sakit dan mengapa Anda sakit, melainkan apa obat yang harus Anda minum. Industri farmasi telah menyediakan lengkap obat-obatan---mulai obat masuk angin, sakit kepala, hingga susah tidur.

Folk Belief yang Tangguh

Diguyur oleh hujan deras rasionalisme-materialisme pengobatan medis, tidak membuat sebagian bangsa Nusantara basah kuyup. Mereka memiliki payung sistem kepercayaan dan praktik pengobatan yang memiliki struktur logika tersendiri. Johanna Debora Imelda menyebutnya folk belief.

"Walaupun dari sudut pandang ilmiah, keyakinan akan penyebab suatu penyakit tidak masuk akal, namun pengobatan dan perawatan dari penyakit tersebut merupakan konsekuensi yang logis dari kepercayaan tersebut. Dalam pengobatan tradisional, seperti kerokan, logika pengobatan diyakini bersama antara penderita dan pemberi layanan karena mereka memiliki sudut pandang dan dasar nilai budaya yang sama," ungkapnya dalam "Dari Sudut Pandang Ilmiah, Inilah Kenapa Orang Indonesia Suka Kerokan."

Folk belief yang mengakar di setiap sistem kepercayaan dan logika masyarakat tidak seharusnya dipasangi stigma yang meruntuhkan pilar-pilar peradaban bangsa sendiri, seberapapun irasionalitas dan tidak masuk akal logika yang dikandungnya. Faktanya, budaya kerokan tetap ngetrend. Dipadu dengan kehangatan Balsem Lang, kerokan terasa makin nyamleng.

Kita tidak bisa menafikan fakta yang secara subjektif dihidupi oleh sistem kepercayaan dan struktur logika pengobatan tradisional. Yang kita butuhkan adalah saling berendah hati dan keseimbangan mata pandang: "folk belief" juga berlangsung di pengobatan medis modern. Secanggih apapun peralatan medis, sepintar apapun dokter yang mengobati, semahal apapun biaya yang dikeluarkan, semuanya akan sia-sia kalau folk belief pasien telah dikalahkan oleh pesimisme.

Pada konteks dikotomisasi obat kimiawi dengan kerokanisme kita jangan terjebak pada cara pandang siapa yang salah dan siapa yang benar, melainkan apa yang salah dan apa yang benar. Kecuali kita merelakan diri untuk terus menerus masuk angin. Kesadaran menjadi oleng dan pikiran miring-miring tidak seimbang.

Fenomena masuk angin selain menjangkiti per individu manusia juga tengah mengepung dialektika pergaulan kebangsaan kita yang limbung oleh tema pertengkaran. Kebenaran beradu dengan kebenaran. Orang bertengkar atas nama kebenaran. Kita mengalami masuk angin massal dan beramai-ramai saling buang angin.

Gerakan kerokanisme perlu digalang bersama. Baik yang ngeroki maupun yang dikeroki saling percaya, saling mesra, saling memberi kehangatan. Kerokanisme adalah terapi untuk mengembalikan folk belief khas bangsa Nusantara.[]

Jombang, 24 November 2017

Facebook: Achmad Saifullah Syahid

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun