Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mogok Makan, Puasa dan Mempuasai Kebenaran

28 Mei 2017   00:20 Diperbarui: 28 Mei 2017   10:26 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://skalanews.com/

Puasa dan mogok makan adalah metodologi untuk mengenal batasan dan alat perjuangan yang dijalani tidak selama bulan Ramadhan, atau dilakukan di tengah tekanan kekuasaan yang menghina martabat kemanusiaan. Ibadah mahdloh puasa memang perlu dan wajib dijalankan. Namun, kesadaran akan batasan tidak hanya berlaku selama Ramadhan saja. Di luar bulan yang diyakini penuh berkah ini sadar akan batasan tetap perlu ditegakkan.

Mogok makan bukan hanya milik hati sunyi para demonstran. Mogok makan adalah alat perjuangan kita semua—juga mereka yang berkuasa—untuk benar-benar mogok tidak makan uang suap, tidak makan uang proyek, tidak makan kayu-kayu gelondongan, tidak makan aspal, tidak makan kandungan bumi sambil melupakan jatah rakyat beserta anak cucu di masa depan.

Kita terlanjur melakukan puasa agar bisa berhari raya—bukan menjalani puasa sebagai rangkaian metodologi pengendalian diri. Usai Ramdahan kita lantas berhari raya—merayakan kembali kebebasan yang dibelenggu selama satu bulan. Yang sedang berkuasa menjalankan strategi agar bisa berhari raya setiap saat. Rakyat melakukan hari raya dengan cara khas mereka: pesta dan belanja makanan meningkat selama bulan puasa. Hingga 1 Syawal tiba adalah puncak hari raya kita semua.

Tidak ada lagi jalan sunyi mogok makan. Tidak ada lagi ketangguhan pengendalian diri. Semua sibuk berhari raya. Dan Tuhan termangu menyaksikan itu semua. []

jagalan 27.05.17

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun