Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Khilafah dan Humanisme "Misuh"

9 Mei 2017   19:05 Diperbarui: 10 Mei 2017   09:01 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Humanisme yang saya maksud sederhana saja. Kalau kita naik motor, lalu pengendara lain tiba-tiba memotong jalan, bentuk ekspresi kaget dan marah akan bermacam-macam. Arek Suroboyo akan spontan mengeluarkan salam jawa timuran alias misuh: “Jiancuk, matane!” Anak santri akan teriak: “Astaghfirullah!”. Orang Jawa akan akan mengumpat: “Anake kadal!”

Pertengkaran kita selanjutnya adalah arek Suroboyo yang misuh dituduh berkata kasar. Tidak memiliki akhlak dan moral. Anak santri dituding berbuat SARA dan intoleran karena membawa-bawa agama untuk urusan di jalan raya. Orang Jawa dicap anti Bhineka Tunggal Ika karena memakai idiom ungkap bahasa Jawa.

Adapun fakta mengapa meraka misuh, istighfar dan mengumpat, bagaimana perasaan orang yang tersentak oleh pengendara motor yang tiba-tiba memotong jalan tidak menjadi titik berangkat untuk memahami ekpresi kaget dan marah itu. Manusia bisa marah, kaget, tersinggung, ngamuk dan pada saat yang lain bisa sabar, lapang dada, kepala dingin—bukan kenyataan yang wajib dipahami untuk menemukan titik keseimbangan berperilaku.

Kita sembrono menjadi pengadil cukup berbekal dari apa yang dilihat dan didengar—tanpa perlu menilik fakta yang menjadi sebab. Padatan-padatan dan formalisme pun saling bertabrakan, berbenturan satu sama lain, mengambil posisi di kelompok pro dan kelompok kontra. Sementara pengendara yang tiba-tiba memotong jalan ngacir pergi.

Pada situasi ini, supaya seorang petani diakui sebagai muslim yang patuh, maka saat mencangkul di sawah ia harus mengenakan jubah putih dan bersurban. Keislaman bukan pada subtansi mencangkul tanah sebagai tugas seorang khalifah.

Tiga Macam Kebenaran

Maka, humanisme yang saya pahami secara sederhana adalah manusia itu makhluk kemungkinan. Potensi malaikat dan iblis bersemayam pada diri setiap manusia. Tidak ada manusia yang seratus persen malaikat dan seratus persen iblis. Para Nabi pun memiliki potensi ini, namun dijaga oleh Tuhan dengan menitipkan sifat maksum.

Kita justru melanggar hukum keseimbangan dari Tuhan dengan memutlakkan kebenaran dan kesalahan. Padahal kebenaran itu masih benere dhewe, atau sedikit di atasnya, benere wong akeh. Benere dhewe dan benere wong akeh itu lantas kita umumkan sebagai bener kang sejati. Tentu saja, dan biasanya, meminjam atas nama Tuhan.

Menungsane gak siap dadi menungsa. Manusia belum siap jadi manusia—karena terkotak-kotak dan dicacah oleh nafsu kepentingan masing-masing. Berdiri dan berpijak pada satu kepentingan. Mandeg di situ. Melihat dan memahami persoalan dari sudut posisinya. Linier. Satu arah.

Padahal hidup adalah bulatan dengan sudut pandang yang tidak terbatas. Sejuta kemungkinan cara memandang dan berperilaku ini hanya dimiliki dan dikandung oleh manusia. Namun, kita makin terbiasa mengibliskan mereka yang berbeda kepentingan, seraya memalaikatkan mereka yang segolongan.

Jadi, khilafah tidak terutama dan harus berkaitan dengan sistem besar bangunan politik. Khilafah hadir secara sederhana, sebagaimana ketaatan jantung yang berdegup dan hembusan angin pada sore hari. Khilafah adalah ketika setiap orang, siapapun ia, apapun pekerjaan dan profesinya memproduk perilaku baik dengan sesama manusia dan alam sekitar. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun