Apakah mereka yang berpose gagah itu hidup? Bagaimana kalau saya mengatakan pada saat yang sama mereka sedang mengalami kematian: mati rasa, mati teposliro, mati nalar pantes-gak pantes—walaupun para mayat itu kerap mengancam keselamatan orang lain?
Kita tidak bisa membangun kesadaran bahwa hidup adalah garis linier yang secara tegas memisahkan kiri dan kanan. Pada kadar dan konteks kesadaran tertentu kita memiliki kemungkinan potensi untuk berbuat jahat yang menghinakan martabat kemanusiaan, namun juga mengandung kemungkinan tampil bagai seorang pahlawan kemanusiaan. Dalam diri manusia bersemayam iblis dan malaikat, setan dan nalar sehat, nafsu dan akal. Manusia adalah makhluk multifenomena.
Gagah dalam kelemahan, hidup dalam kematian, itulah refleksi saya atas foto belasan orang yang berpose gagah di antara para mayat.[]
jagalan 06.04.17
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H