Kecelek adalah keadaan ketika julukan-julukan takhayul kebudayaan lebih dominan daripada kesadaran aliran dan getaran itu.
Jangankan gelar yang kerap menjebak—bahkan diri kita hari ini pasti berbeda dengan diri kita kemarin atau satu hari yang akan datang. Demikian pula getaran dan aliran yang dialami seorang penulis. Karya tulis hari ini pasti berbeda dengan sehari yang lalu atau satu hari yang akan datang. Perbedaan itu bisa dirasakan dalam durasi menit atau jam. Berbeda itu maksudnya begini: tema tulisan boleh sama, namun rahim kesadaran yang melingkupi lahirnya setiap tulisan pasti berbeda.
Pernahkan di saat menulis asosiasi kita bergerak menuju ide lain atau berkelebat menemukan ide baru? Satu bayi tulisan yang sedang kita garap memicu tumbuhnya bayi baru, lalu kita mencatatnya di halaman yang lain supaya tidak hilang. Daya hidup itu mengalir dan bergetar, bahkan ketika bayi tulisan sedang dalam proses kelahiran.
Lahir Setiap Saat
Setiap tulisan yang lahir bisa direfleksikan sebagai lahirnya kesadaran yang baru bagi penulis. Setiap saat, kapan dan dimana saja, penulis bisa lahir kembali. Setiap hari ia menatap bunga, namun bunga hari ini bukan bunga yang kemarin. Kesadaran yang menyertai tatapan itu—berkat ia lahir kembali—pasti berbeda dengan tatapan dua hari yang lalu atau dua hari yang akan datang.
Lahir kembali itu bisa ditandai oleh kesadaran bahwa hidup bukan sekadar lingkaran—hidup memiliki dimensi-dimensi bulatan. View, sudut pandang, jarak pandang, sikap pandang, materi pandang terhadap satu tema tertentu memiliki kemungkinan jumlah yang tak terbatas. Alangkah luas jangkauan cakrawala seorang penulis. Alangkah dalam sikap berpikir penulis kepada alam dan kehidupan. Alangkah lembut rasa penghayatan penulis kepada diri dan semesta.
Ketika seorang penulis lahir kembali, ia akan menjadi penulis pemula, melihat dunia dengan mata pandang yang baru. Namun, penulis atau bukan—kelahiran itu menunjukkan sejatinya ia adalah manusia. []
jagalan 05.04.17
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H