Derita seorang penulis bukan derita yang kontra dengan bahagia. Derita dan bahagia itu dikandung oleh bulatan besar kesadaran manusia yang selalu bergerak dan mengalir untuk menemukan keutuhan. Bahasa filosofisnya, bersama datangnya derita ada bahagia; bersama datangnya bahagia ada derita. Utuh, padu dan nyawiji.
Bulatan Kecil yang Dikandung Bulatan Besar
Maka, seorang penulis tidak lantas berhenti sebagai penulis. Ia adalah manusia, sebagaimana seorang jaksa, menteri, tukang tambal ban, presiden, petani, tukang ojek adalah manusia. Semua bidang profesi dan jenis pekerjaan itu adalah wasilah atau sarana—bukan ghoyah atau tujuan. Wasilah atau sarana untuk menemukan keutuhan menjadi manusia. Ghoyah atau tujuannya adalah keutuhan harkat kemanusiaan itu sendiri.
Semua jenis profesi dan ragam pekerjaan itu merupakan bulatan-bulatan kecil yang dikandung oleh bulatan besar bernama manusia. Selain bulatan kecil profesi dan pekerjaan, kita bisa mendaftar bulatan lainnya, seperti aku “ayah”, aku “ibu”, aku “warga RT”, aku “warga negara”, aku “anggota takmir”, aku “pengurus partai”, aku “penumpang bus”, aku “nasabah bank” dan seterusnya.
Derita tragedi kemanusiaan terjadi tatkala bulatan besar Aku mengabdi kepada padatan-padatan kecil dan menjadikannya sebagai tujuan primer dalam hidup. Aku penulis, tentu saja, tidak boleh mengalahkan Aku Manusia, karena yang hakiki adalah martabat kemanusiaan.
Aku penulis mengabdi pada Aku Manusia—yang berkat keberadaan manusia lainnya, tanah, air, udara, ayam, pohon, gunung, seorang manusia menjadi dan disebut manusia. Sebagaimana sebuah jari dinamakan jari dan berfungsi sebagai jari-jari karena ia nemplek di tangan dan terkait langsung dengan fungsi dan peran lengan, badan, kepala, otak, jantung, paru-paru, darah.
Seorang penulis bukanlah kepingan-kepingan itu sendiri—penulis adalah ibarat jari yang menyadari keutuhan dan ke-nyawiji-an seorang manusia dengan unsur dan anggota semesta lainnya. Karena itulah seorang penulis selalu dilanda derita dan gembira sekaligus karena ia memiliki kesadaran utuh nan penuh sebagai manusia.
Eksperimen teknologi V-ray sedang dan akan terus dilakukan. Namun, kita bisa melakukan V-ray pikiran dengan cara menuliskannya dengan kesadaran yang utuh sebagai manusia. []
jagalan 25.03.17
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H