Siswa yang tidak kenal dirinya, tidak kenal akar sejarah desa atau kampungnya, tidak kenal benih sejarah bangsa dan negaranya, akan memproduksi sikap berpikir dan perilaku yang ditaburi hoax. Kepada diri sendiri mereka bersikap tidak adil—bagaimana akan menjalani hidup secara beradab?
Tiba-tiba nasehat Simbah dalam Daurat Aurat (2) terngiang di telinga saya. “Anak-anak cucu kita saling lempar melempar caci maki, fitnah, dhonn, klaim dan segala macam jenis api kebodohan. Mereka bermusuhan dengan merasa saling mempertahankan kebenaran. Padahal kebenaran yang mereka maksud adalah kebenaran jadi-jadian yang direkayasa dan dicuciotakkan ke pikiran mereka.”
Kalau ada berita bahwa saya adalah jamaah atau habib, percayalah itu hoax. Kata seorang kawan, saya memang orang arab—arapati genah. []
rumah ngaji 180117
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H