Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Para Pengantin di Tengah Kekacauan Berpikir

28 Desember 2016   13:13 Diperbarui: 28 Desember 2016   18:38 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.lensaremaja.com/

Harkat dan martabat kemanusiaan dan rasa kemanusiaan yang ambrol akibat kekacauan berpikir, dalam sikap berpikir materialisme, bukan teror. Padahal tragedi ini tidak kalah dahsyat karena ia menyangkut nilai hidup manusia yang paling dasar, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab.

Persis ketika kita merasa eman atas uang miliaran atau triliunan rupiah yang raib dikorupsi, bukan fokus pada substansi nilai kemanusiaan: manusia kok mencuri. Persis ketika orangtua marah pada anaknya yang menempati rangking paling buncit di kelas, bukan fokus pada subtansi proses belajar. Persis ketika sebuah gerakan ingin menjatuhkan seseorang, bukan fokus pada kedaulatan negara yang terancam.

Mengabdi pada materi—dan segala bentuk terorisme sesungguhnya adalah gerakan yang mengabdi pada materi. Apa yang salah dengan materi? Bukan soal salah benar tentang materi. “Masyarakat di era sekarang ini dibiasakan oleh budaya industri untuk hanya peka terhadap materi, tanpa ada pertumbuhan kritisisme nilai terhadap materi,” ucap Gendon pada Pengabdian kepada Materi.

Kesetiaan terhadap kritisisme terhadap nilai pelan namun pasti dikikis oleh kekacauan berpikir industrialisme yang mengabdi pada materialisme. Siapa bertanggung jawab atas semua itu? Tentu saja adalah diri sendiri. Kita perlu melempar selimut yang menutupi sikap berpikir. Qum, bangkit!

Saya jadi teringat percakapan Gus Dur dan Gus Miek.

“Bagaimana Gus masa depan Indonesia?” tanya Gus Dur kepada Gus Miek.

“Tidak ada masalah. Rakyat Indonesia adalah rakyat yang baik, kecuali dua orang yang tidak baik.”

“Siapa dua orang yang tidak baik itu, Gus?” tanya Gus Dur.

“Dua orang itu ya kita berdua ini!” []

rumah ngaji 281216

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun