Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Scared Straight

8 Desember 2016   01:13 Diperbarui: 8 Desember 2016   02:33 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://muhtartajuddin.blogspot.co.id/

Siapa akan menjamin bahwa sekolah tidak merasa tertantang untuk meng-akal-i Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) supaya sesuai standar yang ditetapkan. Mempertahankan gengsi, image, citra sebagai sekolah yang diunggulkan dalam beberapa kasus mengalahkan moralitas hakekat pendidikan.

Hati-Hati dengan Bias Konformitas!

Ketika kita berjumpa seseorang yang kakinya pincang, lalu kita berkata jujur, “Hai, orang pincang!” adalah penghinaan. Bahkan berbuat jujur pun memiliki konteks ruang dan waktu. Menimpakan ketidakjujuran pada guru di tengah pelaksanaan Ujian Nasional yang “pincang” itu merupakan kejujuran yang terlalu jujur. Labelisasi itu tentu tidak berlaku untuk setiap guru. Namun, generalisasi ketidakjujuran bukan hanya memicu scared straight dan kontra produktif bagi upaya penegakan kejujuran itu sendiri. Bias konformitas pun menjadi terbalik.

Generalisasi yang bermuatan negatif ini sungguh sembrono, mengingat akan tersisa guru yang benar-benar jujur dalam jumlah relatif sedikit. Bias konformitas akan merespon balik: perasaan takut berbeda dari kebanyakan orang. Mereka yang jujur akan tertekan karena tidak dalam satu jamaah ketidakjujuran. Mempertahankan pilihan yang berbeda dengan mayoritas bukan hal mudah. Pragmatisme menjadi jalan keluar. Ndak apa-apa berbuat curang asal dikerjakan secara berjamaah.

Kalimat yang tidak sampai satu paragraf ternyata membuahkan scared straight dan bias konformitas yang berbalik arah.

Sayangnya, data dan bukti kecurangan guru secara nasional belum pernah dirilis. Anies Baswedan pernah menerapkan Indeks Kejujuran. Kabarnya indeks kejujuran itu meningkat. Artinya, tidak semua guru curang. Peluang kejujuran ini mengapa tidak dinarasikan misalnya, “Sembilan dari sepuluh guru berbuat jujur.” Bias konformitas akan memojokkan mereka yang tidak jujur.

Cara berpikir kita memang seperti selimut—tidak jelas mana lengan mana saku. []

rumah ngaji 71216

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun