Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Korupsi “Kecil-kecilan” Lebih Menguntungkan?

18 Oktober 2016   23:19 Diperbarui: 19 Oktober 2016   10:13 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rangkaian sebab yang mendasar itu, meminjam istilah Sabrang (Noe Letto), adalah teknologi internal manusia yang amburadul. Mengapa amburadul? Karena cita-cita hampir setiap manusia (Indonesia) adalah menjadi kaya dan raya. Semua elemen dalam teknologi internal manusia dikerahkan dan didayagunakan untuk meraih kekayaan dan kerayaan. Kita yang sedang berkuasa belum menjadi pemenang jika belum mencapai standar kekayaan yang kita tetapkan sendiri. Lantas, kapan dan bagaimana batas standar kekayaan itu berhasil dicapai?

Tidak ada batas waktu dan skala ruang yang bisa membendung apalagi menampung perbuatan serakah. Celakanya, keserakahan itu dikonotasi sebagai ungkapan demi kepentingan pribadi, kepentingan kelompok, kepentingan golongan, yang pada perkembangan terakhir menjadi demi kepentingan rakyat.

Semoga tulisan singkat ini tidak menambah keruwetan, tapi menjadi sumbangan introspeksi untuk kewaspadaan diri sendiri. Waspada terhadap detail-detail setiap denotasi-konotasi kata. Sehingga ketika kita mengucapkan atau mendengar kata “korupsi” sel-sel berpikir kita menangkap makna denotasi yang sebenar-benar korupsi. Dengan demikian, korupsi “besar-besaran” atau korupsi “kecil-kecilan” sejatinya tetaplah korupsi. []

Jagalan 181016  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun