Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Belajar Hidup “Ngglethek” dari Kartolo Cs

11 Oktober 2016   23:35 Diperbarui: 12 Oktober 2016   09:59 1497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: https://id.wikipedia.org/

Saya belum menemukan persamaan kata dalam bahasa Indonesia yang cocok untuk mewakili kata “ngglethek”. Kurang lebih ilmu ngglethek yang dimaksud adalah menjalani lakon hidup yang naik turun akan berakhir dengan kesadaran “ya begitu-begitu saja”. Setinggi apapun jabatan, sekaya apapun harta, secantik apapun paras, sekuat apapun tenaga, semuanya akan berujung pada situasi awal ketika manusia dilahirkan telanjang.

Ngglethek adalah situasi kesadaran nan sunyi ketika masa adigang adigung adiguno memegang kekuasaan telah sirna, telah usai, telah berlalu. Kita berjumpa diri sendiri yang ternyata ngglethek bukan lagi sebagai presiden, menteri, dirjen, pengusaha, artis, kyai, ustadz…

Ilmu ngglethek juga menelanjangi kemunafikan, sikap hipokrit, pencitraan semu—antara bungkus dengan isi tidak nyambung. Kasus Taat Pribadi dengan citra pesona diri yang membius kesadaran ribuan orang bagi sebagian orang yang lain ternyata ngglethek hanya penipuan. Pada kasus dan situasi tertentu alangkah banyak pertikaian dan perpecahan sejatinya ternyata ngglethek hanya rebutan kekayaan dan kekuasan, yang kadung menelan banyak biaya dan korban.

Parikan sederhana yang merefleksikan semua itu diantaranya: Piring biyen tipis-tipis / Piring saiki saka porselen / Maling biyen nggawa linggis / Maling saiki nggawa pulpen.(Piring zaman dahulu tipis-tipis / Piring zaman sekarang dari porselen / Maling zaman dahulu bawa linggis / Maling zaman sekarang bawa pulpen).

Atau Jare dawet srabi, kok es legen / Pamite arep diskusi, kok ndik losmen.(Katanya dawet srabi, eh ternyata es legen / Pamit akan diskusi, eh ternyata ada di losmen).

Cara “berdakwah” Kartolo Cs yang egaliter, cair, mbanyol terasa ampuh untuk mengajak penonton jujur dan adil menyikapi realitas. Tidak ada yang disakiti dan tersakiti. Tidak ada yang disinggung dan tersinggung. Tidak ada yang dipojokkan dan terpojok. Semua orang gembira di tengah timbunan persoalan yang datang silih berganti. Di tengah kebahagiaan itu kita tersenyum—senyum yang menyindir diri sendiri. Itulah saat kesadaran ngglethek diam-diam menyelinap ke dalam relung hati.

Yu painten ketiban cendelo, cekap semanten atur kawula. []

Jagalan 111016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun