Berhasil mengeruk keuntungan dari ekspor kopi arabika, Belanda mendatangkan bibit kopi jenis robusta pada tahun 1900. Hama karat daun yang pernah menyerang kopi arabika tidak cukup tangguh melumpuhkan kopi jenis robusta. Nusantara makin kokoh menyandang “portrait country”.
Takdir sebiji kopi merefleksikan kesadaran, kita memerlukan pemahaman, penghayatan, penelitian, perombakan atau dalam taraf tertentu pen-dekonstruksi-an tentang sejarah dan budaya yang “bukan diri kita” untuk kenal dan mengenali “diri” kita, baik diri dalam lingkup pribadi, diri keluarga, diri kampung, diri kota, hingga diri (ber)bangsa dan (ber)negara,. Apabila bangsa Indonesia ibarat biji kopi yang beraneka ragam itu, maka kita harus punya kesadaran tentang bibit kopi. Apabila kita adalah bibit kopi, maka jangan menjadi durian, mangga, atau buah cipluan.
Setiap biji kopi bukan sekadar menyimpan takdir alamiah. Kita tidak mungkin kenal “diri” kita kalau tidak tahu masa silam kita dan itu berarti tidak akan mengerti pula seperti apa masa depan kita.
Monggo ngopi, ngolah pikir, sambil mendiskusikan itu semua.[]
Jagalan 011016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H