Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Karena Bahasa (Daerah) adalah Martabat dan Harga Diri Bangsa

7 September 2016   00:31 Diperbarui: 7 September 2016   09:28 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita ambil satu kasus untuk merefleksikan pentingnya memahami akar peradaban. Beberapa waktu lalu kita heboh oleh wacana full day school. Heboh, ramai, bising oleh wacana dan sikap pro-kontra. Full day school seperti barang baru, terkesan lebih keren, modern, lalu kita ramai-ramai menjadikannya 'mainan'. Atau sesungguhnya kita sedang lupa pendidikan khas bangsa Indonesia telah menerapkan model pesantren, perguruan, padepokan yang secara substansial bisa dikatakan lebih unggul. Mengapa bukan akar peradaban-pendidikan semacam itu yang dikaji?

Berangkat dari kasus kepunahan bahasa daerah kita bisa gunakan sebagai cara pandang untuk mencermati, mempelajari, menyadari pentingnya kaweruh lokal yang bernilai universal. Sebut saja pengembangan teori psikologi Jawa yang berangkat dari ajaran Ki Ageng Suryomentaram. Menurut psikolog UGM,Drs. Hadi Sutarmanto, M.S, psikologi Jawa yang diajarkan Ki Ageng Suryomentaram bisa jadi relevan tidak terbatas bagi orang Jawa saja. Untuk itu Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada tengah mengembangkan teori psikologi dari ajaran Ki Ageng Suryomentaram.

Universalitas kaweruh lokal yang dikandung oleh bahasa daerah semakin meneguhkan pentingnya revitalisasi bahasa. Kita tidak boleh tutup mata. Bahasa bukan sekadar sistem bunyi—bahasa adalah martabat dan harga diri bangsa. []

Jagalan 070916

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun