Keluarga dan sekolah, sepasang lingkungan pendidikan yang saling melengkapi dan mendukung, menjadi lingkungan belajar paling manusiawi dan memanusiakan anak.
Kedua, tidak menjadikan pendidikan sebagai ajang pertarungan dan perebutan regulasi kepentingan politik pendidikan. Jabatan politik yang diemban Menteri Pendidikan dan Kebudayaan berjalan sesuai rel, yakni menciptakan atmosfir politik pendidikan yang kondusif untuk mewujudkan visi pendidikan nasional. Pemerintah, khususnya Mendikbud rela berkorban (untuk memerdekakan pendidikan) dengan tidak terlalu bermain di wilayah strategi pendidikan.
Jabatan politik yang mengintervensi pendidikan sampai ke wilayah strategi pendidikan tak ubahnya mengusung kembali model pendidikan zaman kolonial. Pendidikan yang berselingkuh dengan kepentingan dan kekuasaan politik selamanya akan dirundung oleh kasus demi kasus pelecehan pendidikan yang selalu saja berulang.
Adapun strategi pendidikan biarlah dirumuskan oleh para pakar dan pendekar pendidikan dan penggiat komunitas belajar. Menurut Adriano Rusfi tugas politik Mendikbud adalah mengeluarkan kebijakan politik yang mendukung pencapaian strategi pendidikan, bukan menciptakan strategi pendidikan; mengeluarkan kebijakan politik yang mampu menghilangkan kendala dan hambatan bagi berjalannya strategi pendidikan dengan mulus dan lancar; mendorong, menstimulasi, dan menguatkan peran masyarakat dalam pengembangan pendidikan independen dan bermutu.
Jika masa depan telah hilang apa masih perlu ikut tarik tambang, bukan refleksi keputusasaan. Justru gugatan bak halilintar agar kita menyadari, sadar sesadar-sadarnya bahwa di tengah perayaan Kemerdekaan RI ke-71 hadir beragam fakta bahwa anak-anak kita belum sepenuhnya merdeka.
Jadi, mari kita rebut kembali pendidikan dari para “penjajah”.[]
Jagalan 150816
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H