Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Merebut Kembali Pendidikan dari Penjajahan

15 Agustus 2016   12:57 Diperbarui: 16 Agustus 2016   13:01 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memerdekaan Pendidikan | Ilustrasi: nasional.kompas.com

Keluarga dan sekolah, sepasang lingkungan pendidikan yang saling melengkapi dan mendukung, menjadi lingkungan belajar paling manusiawi dan memanusiakan anak.

Kedua, tidak menjadikan pendidikan sebagai ajang pertarungan dan perebutan regulasi kepentingan politik pendidikan. Jabatan politik yang diemban Menteri Pendidikan dan Kebudayaan berjalan sesuai rel, yakni menciptakan atmosfir politik pendidikan yang kondusif untuk mewujudkan visi pendidikan nasional. Pemerintah, khususnya Mendikbud rela berkorban (untuk memerdekakan pendidikan) dengan tidak terlalu bermain di wilayah strategi pendidikan.

Jabatan politik yang mengintervensi pendidikan sampai ke wilayah strategi pendidikan tak ubahnya mengusung kembali model pendidikan zaman kolonial. Pendidikan yang berselingkuh dengan kepentingan dan kekuasaan politik selamanya akan dirundung oleh kasus demi kasus pelecehan pendidikan yang selalu saja berulang.

Adapun strategi pendidikan biarlah dirumuskan oleh para pakar dan pendekar pendidikan dan penggiat komunitas belajar. Menurut Adriano Rusfi tugas politik Mendikbud adalah mengeluarkan kebijakan politik yang mendukung pencapaian strategi pendidikan, bukan menciptakan strategi pendidikan; mengeluarkan kebijakan politik yang mampu menghilangkan kendala dan hambatan bagi berjalannya strategi pendidikan dengan mulus dan lancar; mendorong, menstimulasi, dan menguatkan peran masyarakat dalam pengembangan pendidikan independen dan bermutu.

Jika masa depan telah hilang apa masih perlu ikut tarik tambang, bukan refleksi keputusasaan. Justru gugatan bak halilintar agar kita menyadari, sadar sesadar-sadarnya bahwa di tengah perayaan Kemerdekaan RI ke-71 hadir beragam fakta bahwa anak-anak kita belum sepenuhnya merdeka.

Jadi, mari kita rebut kembali pendidikan dari para “penjajah”.[]

Jagalan 150816

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun