Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lima Permendikbud Diterbitkan, Sekolah Aman dan Nyaman?

15 Juli 2016   12:54 Diperbarui: 15 Juli 2016   18:36 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak heran, Paolo Freire pun memberikan kritik tajam. Sekolah menjadikan para siswa berperilaku seperti robot karena kurang dilatih untuk memberi respon kreatif. Lebih hebat lagi Freire menuduh sekolah telah memasung kreativitas dan membunuh daya pikir anak.

Guru robot, siswa robot. Ironi mengiris hati. Mengapa fakta memilukan ini mengepung sekolah? Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Phi Delta Kappa / Galup studi tahun 2004 menyebutkan bahwa 73 % responden setuju tentang kelemahan mendasar pendidikan, yaitu bertumpu pada ketiadaan guru yang baik hati alias mengajar tidak dengan rasa cinta.

Survei tersebut juga menunjukkan jika karena kondisi terpaksa atau mendesak seseorang harus berhenti dari profesinya sebagai seorang guru, maka jawaban yang paling dipilih adalah karena alasan rendahnya gaji dan fasilitas (67%), kekakuan birokrasi (21%), kesulitan dalam menghadapi orangtua (8%), dan alasan kondisi siswa (4%). Survei menunjukkan hanya 4% saja guru memiliki keterikatan secara emosional terhadap siswa mereka (Rosanne Liesvled and Jo Ann Miller: 2015).

Keterikatan secara psikologis atau emosional (engagement) ternyata  musuh guru itu sendiri. Benar kiranya sinyalemen Freire bahwa guru menganggap siswa sebagai tahanan (prisoners) atau pekerja (employers) yang harus selalu ditekan agar selalu belajar, belajar, dan belajar. Bukankah anggapan dan sikap guru terhadap siswa mencerminkan pola hubungan antara guru dengan pengawas beserta jajarannya hingga ke atas dalam alur birokrasi yang rumit dan rigid?

Lima regulasi Permendikbud di atas patut diapresiasi dan didukung. Namun, jangan kita lantas berpikir persoalan akan selesai. Sekolah aman, nyaman, dan menyenangkan masih perlu diperjuangkan. Orangtua dan masyarakat harus mengawalnya, mengingat kompleksitas “kebiasaan” guru atau warga sekolah lainnya telah mengurat-darah. Bukankah kita menghendaki sekolah hadir sebagai taman jiwa bagi anak-anak kita? []

Jagalan 150716

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun