Aku melangit, menggapai angkasa raya, menjulang ke ketinggian galaksi, memetik bintang di gelap malam dan benderang siang.
Aku menggali bumi, menelusupi pori-pori akar pohon, mengebor lorong magma, memunguti batu-batu purba di gelap malam dan benderang siang.
Alam vertikal, alam horisontal, menjulang dan membentang, aku gelintir menjadi sebutir kelereng. Aku jadikan mainan untuk anak cucuku di teras marmer rumahku.
Galaksi bima sakti aku jaring. Di ruang tamu aku jadikan hiasan. Matahari jadi lampu gantung di ruang tengah rumahku. Rembulan aku pasang di kamar pribadi. Cahayanya yang temaram menambah romantisme masa silam.
Tidak tersisa sejengkal pun ruang dan waktu untuk seekor semut. Akan mengungsi ke mana para makhluk itu bukan tugasku untuk memikirkan nasib masa depannya.
Gunung-gunung tidak lupa aku ungsikan ke samping rumah, aku tata menjadi taman. Hewan liar dan hutan belantara aku sulap menjadi kebun binatang dan arena sirkus.
Anak cucuku bergembira ria. Bermain-main kelereng dunia di teras rumah alam semesta raya. Aku duduk berselonjor di sofa, bagai Tuhan rasanya, setelah sukses melipat seluruh alam dan segala dimensinya.
Jagalan 080716
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H