Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Bukpuber", Orisinalitas Model Anak Ngaji

5 Juli 2016   03:07 Diperbarui: 5 Juli 2016   03:36 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam sisi gelap itu kita menemukan diri sebagai orang yang latah: sebuah fakta hilangnya kemandirian dan kedaulatan. Namun, kita pun masih menghibur diri bahwa yang latah itu sedang mengikuti trend setter. Ungkapan kriminalisasi yang berawal dari kasuk KPK beberapa tahun lalu, tanpa perlu mempelajari pengertian, makna, dimensi, nuansa, fakta hukum – kini menjadi ungkapan untuk menilai peristiwa pendidikan adalah bentuk kelatahan yang nyata.

Kita menjadi korban tipu muslihat – akibat tidak berdaulat dalam proses dan cara berpikir – yang menyangkut pendidikan, sekolah, belajar, tata nilai keluarga, peran dan fungsi orangtua. Ironisnya, di tengah ketidaksadaran diri menjadi konsumen bagi produk berpikir yang mengikis orisinalitas itu, kita menjadi agen bagi mata rantai konsumen lainnya.

Akibatnya, alur, langkah, sikap berpikir, dan efek tindakan kita atas setiap persoalan sangat mudah ditebak, dan karena itu menjadi sangat mudah dikendalikan.

Maka, ketika anak-anak ngaji melontarkan istilah bukpuber untuk menyebut buka puasa bersama, saya senang dan bangga bukan main. Di tengah “hegemoni” penggunaan istilah bukber, mereka berhasil membebaskan dirinya dari kecenderungan arus utama, dengan menciptakan istilah baru, yang menurut saya mencerminkan orisinalitas, dan itu layak dihargai. 

Akhirnya, bukpuber itu pun berhasil diselenggarakan dalam suasana ceria dan gayeng dengan menu yang sederhana. []

Jagalan 050716

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun