Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aku Anak Bajulmati, Cinta Belajar dan Mandiri

23 Juni 2016   01:21 Diperbarui: 23 Juni 2016   03:07 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arena Bermain Pasir | Sumber: https://www.facebook.com/Kemdikbud.RI/

“Gedung ini adalah Gedung kebanggaan murid2 RA/TK Harapan Bajulmati, yang saat hujan lebat Minggu, 19 Juni 2016 kondisinya sangat memperihatinkan, atapnya roboh, untung tidak ada korban jiwa. Bila gedung ini tidak segera dibenahi maka tahun ajaran baru (18 Juli 2016) murid2 TK Harapan Bajulmati tidak bisa belajr lagi di gedung ini. Mohon Dukungan Do'a dan dana agar anak2 bisa belajar seperti semula. Untuk mengganti atap diperlukan anggaran sekitar 20an Jt.

Donasi Bisa ke Rekening BRI
 0344- 01-083239-50-3
 atas nama Mahbub Junaidi
 atau
 Rekening Bank Jatim
 0602151948
 Atas Nama RA Harapan Bajulmati

CP Tlp/SMS/WA
 085755572909

Terimakasih Atas segala Bantuannya.”

Kondisi TK Harapan Bajulmati | Sumber: https://www.facebook.com/mahbub.junaidi.1671
Kondisi TK Harapan Bajulmati | Sumber: https://www.facebook.com/mahbub.junaidi.1671
Saya membaca pesan di dinding akun Facebook sahabat saya usai shalat shubuh. Tercenung cukup lama saya. Pikiran langsung melesat ke lokasi TK Harapan Bajulmati. Tidak sulit bagi saya mengajak alam pikiran berada di lokasi Taman Kanak-Kanak yang berada di atas bukit itu. Merasakan belaian semilir angin. Melihat rawa-rawa diantara perbukitan. Menatap dan turut merasakan sorot mata mata gembira anak-anak TK bermain. Menghayati kerasnya perjuangan sahabat-sahabat guru yang penuh keikhlasan bergotong royong mencerdaskan anak dusun.

Anak-anak yang setiap pagi tersenyum bahagia, bisa belajar bersama dengan fasilitas yang sangat terbatas. Dengan ruangan tanpa AC karena dinding kelas mereka adalah anyaman kawat yang membuat angin bukit leluasa menerobos masuk. Dengan mainan ayunan yang cuma satu jumlahnya.

Dengan taman alami yang diciptakan langsung oleh Tuhan. Dengan kolam renang tanpa pagar tanpa dinding, yang airnya berhimpun di muara dan mengalir ke laut. Dengan lantai yang sangat lembut dimana kaki-kaki kecil itu teramat hafal bahwa yang mereka injak adalah pasir putih di sepanjang pantai.

Diantara deburan suara ombak anak-anak yang masih sangat beliau itu berteriak lantang, “Aku anak Bajulmati. Cinta belajar dan mandiri!” Ya, mereka adalah anak-anak dusun Bajulmati. Anak-anak yang dianugerahi Tuhan sebuah dusun dengan kekayaan dan eksotika alam bagai cipratan surga. Anak-anak yang akan selalu belajar dari kearifan nilai dusunnya, watak alam dan karakter musimnya, keunggulan dan kehebatan manusia pesisir. Anak-anak yang tidak tercerabut dari alam dan lingkungannya. Kelak mereka menjadi generasi yang mandiridan mengelola kekayaan dusunnya dengan arif.

Dinding Kawat. Hamparan Pasir Putih. Jalan ke TK Harapan | Dok. Pribadi
Dinding Kawat. Hamparan Pasir Putih. Jalan ke TK Harapan | Dok. Pribadi
Dan pada hari Minggu, 19 April 2016, sehari sebelum Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan meresmikan PAUD KM 0, akibat hujan yang sangat deras, atap dan genting TK Harapan Bajulmati roboh.

Ah, mengapa saya mendadak melankolis begini. Kebanggaan saya terhadap PAUD KM 0 – mohon maaf – mendadak hilang. Kini, hadir di hadapan saya sebuah fakta yang kontradiktif. Menteri Pendidikan  dan Kebudayaan, Anis Baswedan mengatakan: “Mau lihat contoh PAUD bagus, datang saja ke Kemendikbud.”

Mewakili sahabat-sahabat pengabdi pendidikan di dusun Bajulmati dan para pengabdi di daerah terpencil lainnya, saya mengatakan: “Mau lihat kerasnya berjuang mencerdaskan anak-anak dusun dengan fasilitas sangat-sangat terbatas, datang saja ke Bajulmati!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun