Niat, motivasi, tujuan sang leader dipertanggung-jawabkan benar di hadapan Tuhan, layaknya orang berpuasa, yang Tuhan sendiri akan menerima puasa orang itu. Meminjam metodologi puasa, sejatinya, dalam situasi kepemimpinan apapun, seorang pemimpin sedang berhadapan langsung dengan Tuhan. Pemimpin itu manunggal dengan Gustinya. Sebuah keadaan, lagi-lagi, dipicu akibat kesanggupan diri meloncat keluar dari zona aman, memenangi peperangan besar melawan diri sendiri, dan bergelut dalam gerakan perubahan yang dipersembahkan untuk masa depan kemanusiaan yang lebih adil dan beradab.
Peperangan itu, kini, sedang berlangsung di dalam diri orang yang berpuasa. []
Jagalan 070616
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!