Sumber: Facebook.com/Koeshartati Saptorini
“Kamu besok Ujian Nasional?” tanya kakak kepada adiknya yang duduk di bangku SMP.
“Iya. Kenapa?”
“Sudah dapat kunci jawaban?”
Sang adik bengong. “Kunci jawaban apa?”
“Iya. Kunci jawaban Ujian Nasional!”
“Memang kakak punya?” tanya sang adik heran.
“Tidak punya. Dulu sih, waktu Ujian Nasional SMA kakak dapat kunci jawaban.”
Sang Bapak kaget setengah mati. Anak pertamanya yang tergolong cerdas dan bersekolah di SMA favorit tergiur oleh iming-iming kunci jawaban UN. Malam itu, sang bapak bercerita kepada saya, dengan masih terheran-heran. Ia baru mengetahui 'kisah kunci jawaban' itu setelah putra sulungnya lulus SMA.
Teman saya bukan sekadar kaget. Benteng moralitasnya sebagai kepala keluarga jebol. Ia merasa sangat berdosa. Bahkan teramat menyesal mengapa ia baru mengetahuinya setelah tiga tahun sang anak lulus SMA. Kepada putra bungsunya yang kini sedang mengikuti UNBK tingkat SMP, ia mewanti-wanti, jujur adalah sikap seorang ksatria.
Lain lagi dengan pengalaman seorang kawan yang diceritakannya di media sosial. Ia menerima pesan melalui Whatsapp. Entah siapa pengirimnya. Pertanyaannya polos banget. “Bu mau txa, ada bocoran soal UN tingkat Smp gak? *mohon jawabannya bu.”