Apa hubungannya dengan pola kepemimpinan di dunia pendidikan? Dalam bidang apapun sejatinya dibutuhkan hadirnya seorang pemimpin. Terlebih institusi bernama sekolah: sebuah ekosistem yang terus bergerak menjalankan misi untuk menggapai visi pendidikan. Kepemimpinan di sekolah mutlak dibutuhkan.
Publik pasti akan menyematkan peran dan fungsi kepemimpinan berada di pundak kepala sekolah. Ekspektasi wali siswa terhadap kualitas kepemimpinan kepala sekolah juga tidak bisa dipandang ringan. Pasalnya, pola asuh, pola pendidikan, pola dinamisasi pergerakan sekolah di tengah kepungan arus perubahan sepenuhnya dinahkodai oleh kepala sekolah.
Banyak kepala sekolah yang mengatakan tugas itu mungkin terlalu berat. Tentu saja terasa berat dan memang berat bagi seseorang yang memikul pekerjaan itu seorang diri. Siapapun dia, tidak ada yang mampu memanggul beban transformasi institusional itu sendirian. Resiko perubahan siap menanti di depan.
Seorang leader menyadari sepenuhnya bahwa transformasi sebuah perubahan selalu disertai hadirnya resiko-resiko. Psychological risk termasuk resiko yang tergolong berat. Sahabat saya di Kabupaten Malang selatan, yang menanamkan benih paradigma pendidikan untuk masa depan bocah-bocah dusun, bahkan harus berhadapan dengan maut.
Memang demikianlah “watak” dan tantangan perubahan menuju ke situasi yang lebih baik. Resistent to change akan tiba-tiba mengepung sang leader. Resistensi yang tidak hanya dihadapi pemimpin tingkat tinggi di sebuah negara. Seorang CEO, manajer, bupati, ketua RT, dan tentu kepala sekolah pasti akan mengalaminya.
Bagaimana seseorang mengelola resiko perubahan akan menegaskan kapasitasnya sebagai leader ataukah manager.
Mengutip pendapat Warren Bennis, ada beberapa perbedaan antara leader dan manager. Pertama, leader melakukan inovasi; manager mengelola. Seorang inovator tentu adalah seorang leader yang tangguh. Ia terbebas dari self-destructive habits. Myopi. Ketidakmampuan melihat yang lebih jauh.
Inovasi merupakan sikap perubahan yang dibimbing oleh kejernihan watak visioner sang leader. Dan di sisi lain, seorang manager mempertahankan apa yang telah ditetapkan. Meningkatkan kontrol dan menanggulangi gangguan merupakan sikap seorang manager.
Kedua, leader menginspirasi; manager bergantung pada kontrol. Kepemimpinan terutama bukan bergantung apa yang kita lakukan melainkan apa yang dilakukan oleh orang lain sebagai respon dari sikap dan pikiran kita yang menginspirasi.
Sahabat saya di dusun Bajulmati, kini, tidak sendiri lagi. Ia memiliki banyak sahabat sesama pengabdi. Dusun Bajulmati yang dahulu sepi, terisolor, dan terkesan primitif sekarang ramai dikunjungi guru-guru dan penggerak pendidikan. Mereka tergerak melakukan pengabdian di tempatnya masing-masing setelah terinspirasi oleh gerakan pendidikan di Bajulmati.
Bagaimana dengan manager? Drucker menulis bahwa tugas mereka adalah untuk mempertahankan kontrol atas orang dengan membantu mereka mengembangkan aset mereka sendiri dan mengeluarkan bakat mereka yang terbesar. Seorang manager dituntut piawai mengelola lipatan-lipatan kepentingan mereka yang terlibat gerak perubahan.