Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ki Hadjar Dewantara di Tengah Kepungan Agenda Reformasi Pendidikan Global

2 Mei 2016   13:23 Diperbarui: 2 Mei 2016   13:48 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kampanye global itu berpengaruh besar menggeser fokus kebijakan dari pengajaran untuk “beberapa” menjadi pembelajaran untuk “semua”. Pendidikan kita pun menjadi ramai oleh semangat membuka kelas-kelas insklusif dan mengenalkan standar pembelajaran yang sama untuk semua. Ekspekasti pendidikan nasional untuk melayani semua sepontan meningkat. Kurikulum nasional dan program bersama menjadi menu wajib bagi setiap sekolah.

Dan lagi-lagi dengan kecut saya menyaksikan reformasi pendidikan kita kehilangan akar. Gelombang pendidikan global membawa dampak. Kita dilibas oleh gerakan kompetisi dan akuntabilitas dalam pendidikan yang menjadi inspirasi dari interaksi gerakan pendidikan global. Pendidikan nasional takluk oleh pendidikan berbasis outcome (outcome-based) dan berbasis standar.

Agenda reformasi pendidikan global mencabut akar universalitas pendidikan bangsa sendiri. Dengan gagah kita membangun argumen pentingnya standarisasi pendidikan. Dan pada tahun 1936, Ki Hadjar Dewantara menebar bibit sistem pendidikan masa depan. “Anak-anak tumbuh berdasarkan kekuatan kodratinya yang unik. Tak mungkin pendidik mengubah padi menjadi jagung atau sebaliknya.” (Keluarga, Desember 1936)

Muncul kepercayaan yang diterima luas bahwa pendidikan harus distandarisasi. Guru dan siswa harus diukur kinerjanya. Mengapa? Outcome based terpenuhi apabila guru dan siswa berhasil mencapai standar minimal kinerja. Siswa yang padi, gandum, beras, kedelai, di-outcame based-kan, di-jagung-kan oleh guru yang menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan. Guru yang sukses adalah guru yang berhasil men-jagung-kan semua siswanya.

Maka, saya sedang benar-benar menanti terwujudnya pesan reformasi pendidikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies R. Baswedan. "Kita harus mengembalikan persekolahan menjadi taman, tempat belajar yang menyenangkan." 

Bukan sekedar teman sebagai tempat bermain yang menyenangkan melainkan taman sebagai lingkungan terjalinnya sosialisasi dan komunikasi pendidikan yang saling memanusiakan. Manusia khas bangsa Indonesia yang dianugerahi "DNA" keunggulan, sebagaimana keunggulan nenek moyang yang berhasil membangun peradaban dunia.   

Kita kirim doa untuk Bapak Pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara, seraya memohon maaf. Bibit pendidikan yang beliau sebar belum kita tumbuh-suburkan secara optimal.

Selamat Hari Pendidikan Nasional. []

Jagalan 020516

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun