Penelitian yang telah dipublikasikan Uswitch.com menunjukkan, lebih dari seperempat anak-anak di seluruh dunia memiliki komputer genggam sebelum usia mereka genap delapan tahun. Ernest Doku, ahli telekomunikasi dari Uswitc.com, mengatakan sekitar dua juta anak di bawah depalan tahun telah memiliki tablet.
Apakah kita pernah membayangkan sebelumnya anak-anak akan menghabiskan waktunya menatap gadget, laptop, tablet dan menjadi terikat pikirannya dengan benda "ajaib" itu?
Kerap kita menjumpai hampir di setiap tempat anak-anak tidak berkedip matanya menatap benda ber-screen itu di telapak tangan. Pertanyaannya, mereka sedang belajar dengan memanfaatkan teknologi ataukah sedang mengisolasi diri? Anak-anak menyerap teknologi atau diserap hidupnya oleh teknologi?
Di era tahun 80-an atau sebelumnya, ketika kita masih anak-anak atau remaja, tidak terdetik pun dalam pikiran akan lahir generasi digital – anak-anak kita sekarang, yang di ujung jari jemarinya informasi diakses dengan sangat gampang dan cepat.
Akses informasi yang melimpah itu kini menjadi sumber pengetahuan ataukah menjadi sumber konflik? Kita patut menyadari  jangan sampai teknologi merampas dan memangsa hidup anak. Teknologi menawarkan beragam cara dan jalan keluar untuk menumpahkan frustasi, memutus komunikasi dengan lingkungan, menyeret anak makin masuk ke dunia maya lebih dalam lagi.
Kadang kita merasa bangga saat anak menggenggam gadget atau tablet di tempat umum atau saat berkumpul dengan sanak famili. "Lihatlah, anak-anakku sejak balita sudah melek teknologi," demikian dalam hati ungkapan bangga kita.
Jika obsesei terhadap hi-tech menjadi kegiatan utama anak, jika anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menatap layar gadget tanpa produktivitas yang terukur, mulailah mengendalikannya sebelum ia menjadi seorang pecandu.
Sebelum terlambat, kita perlu menyadari tiga kecerobohan yang memiliki kontribusi cukup signifikan sehingga anak-anak tidak dapat lepas dari gadget dan teknologi sejenis. Â
1. Tidak mengatur batas penggunaan gadgetÂ
2. Tidak memiliki aktivitas keluarga yang bebas dari gadget
3. Orangtua – tanpa disadari – menjadi pecandu hi-tech