Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sekolah Tanpa Nalar

14 April 2016   15:23 Diperbarui: 14 April 2016   18:26 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kering dan linier. Demikian kesan proses belajar agama yang belangsung di sekolah. Teks buku pelajaran agama juga menunjukkan indikasi serupa. Alot untuk dikunyah. Tidak merangsang dialektika berpikir. Belajar agama dikemas dengan tingkat penalaran yang cukup rendah: pokoknya ya begitu itu.

Namun, di tengah lipatan-lipatan self-destructive pendidikan yang sedang menghancurkan dirinya itu, yakinlah akan muncul dan sedang tumbuh tunas-tunas baru. Model layanan pendidikan yang mengedepankan sisi humanistik. Seperti menjamurnya warung kopi dan kafe-kafe yang menawarkan ragam menikmati kopi dengan ciri khasnya masing-masing, yang membebaskan dirinya dari ikatan merk kopi yang sudah mapan. Pendidikan dengan ide dan layanan yang revolusioner-humanistik.

Rumah Ngaji Al-Syahidy, 140416    

image

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun