Dialektika motivasi luar-dalam inilah yang semestinya diperhatikan oleh guru dan orangtua. Oleh karena itu, menjalin percakapan yang bermakna bersama anak adalah tugas orangtua yang tak boleh disepelekan. Berbicara dari hati ke hati, saling terbuka, santun berdialog dapat menyentuh kalbu anak. Hati anak yang tersentuh oleh nilai kebaikan orangtua membuahkan motivasi yang justru tumbuh dari dalam diri anak.
Menerima kekurangan anak, mendengarkan keluhan, menemukan solusi bersama, merupakan umpan balik yang ampuh untuk menanam motivasi internal. Umpan balik inilah yang sejatinya dibutuhkan anak, bukan iming-iming atau imbalan semata.
Tak kalah penting adalah menghargai proses, bukan hasil. Anak yang baru belajar melipat selimut kita hargai usahanya. Bangun tidur dia mau melipat selimut, itu sudah kemauan yang luar biasa. Apabila fokus pada hasil, dijamin kita akan uring-uringan: lipatan selimutnya pasti tidak sempurna. Dia masih anak-anak, bukan orang dewasa. Tidak rewel pada kekurangan anak merupakan cara ampuh memantik motivasi internal. []
Jagalan 150216Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H