Mohon tunggu...
Achmad Nurudin
Achmad Nurudin Mohon Tunggu... Guru - Pembaca Sosial Budaya

Sosiokultural

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nasionalisme Sang Kiai, Menerawang Pemikiran Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari

18 Februari 2021   03:30 Diperbarui: 18 Februari 2021   03:38 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hasyim Asy'ari mengajak umat Islam berjuang menolak orang-orang yang mendakwahkan ilmu yang sesat dan kepercayaan yang merusak. meninggalkan ta'asub (fanatik) dan melepaskan diri dari hawa nafsu yang merusak.

Potensi Disintegrasi Bangsa 

Potensi disintegrasi bangsa Indonesia telah tampak sejak sebelum kemerdekaan. Namun sebagian potensi tersebut berhasil diredam oleh kejeniusan para tokoh bangsa. Peristiwa Sumpah Pemuda, Proklamasi, Rapat Raksasa di Lapangan Ikada, merupakan beberapa contoh peristiwa yang menghidupkan rasa persatuan bangsa.

Seminar Pemikiran Hadratus Syaikh K.H. Hasyim Asy'ari mengungkap Hasyim Asy'ari sebagai tokoh Islam yang berperan sangat besar dalam perjuangan merebut kemerdekaan dan mempersatukan seluruh elemen bangsa. Zulkifli Hasan dalam seminar di Gedung MPR RI Jakarta pada 6 Mei 2017 itu menyebut Hasyim Asy'ari sebagai teladan yang memandang Islam dan ke-bhinneka-an bisa seiring sejalan 

Sivitas akademika Pesantren Tebuireng Jawa Timur---yang dididirikan Hasyim Asy'ari---merumuskan pemikirannya seputar dukungan terhadap aktualisasi Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945 (PBNU) dalam deklarasi Pesan Kebangsaan dari Tebuireng. (2107)

Deklarasi tersebut menyatakan bahwa Pembukaan UUD 1945 adalah mitsaqan ghalidhan (kesepakatan para tokoh) pendiri bangsa yang menjadi dasar bangunan negara, sebagai pengejawantahan dari cita-cita bangsa Indonesia. Di dalamnya tercantum tujuan didirikannya negara dan dasar negara Pancasila. Pembukaan UUD 1945 adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa diubah.

Ke-Indonesiaan dan ke-Islaman yang semula dipertentangkan, telah berhasil dipadukan melalui pembentukan Kementerian Agama, sinkronisasi pendidikan nasional dan pendidikan Islam, penerimaan Pancasila---secara  i'tiqadi (ide) dan syar'i (prilaku)---sebagai Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia oleh organisasi kemasyarakatan (ormas) dan partai Islam, dan akomodasi subtansi syariat Islam ke dalam sejumlah undang-undang.

Perpaduan budaya daerah dan budaya Islam serta agama lain menuju budaya Indonesia yang bernuansa ke-bhinneka-an, juga mengalami kemajuan berarti. Perpaduan ke-Indonesiaan dan ke-Islaman yang merupakan faktor utama persatuan Indonesia dan berpotensi menjadi modal bagi dunia, harus dikawal dan dirawat bersama.

Hubbul Wathan Minal Iman

Pemikiran kebangsaan Hasyim Asy'ari termanifestasikan dalam ungkapan "hubul wathan minal iman" (cinta tanah air adalah sebagian dari iman) dan fatwa Resolusi Jihad 1945 yang menjadi penyulut semangat perlawanan terhadap penjajahan. Hal tersebut disampaikan Faisal Zaini ketika menjadi pembicara kunci (keynote speaker) pada Seminar Tokoh K.H. Hasyim Asy'ari yang dihelat di Museum Kebangkitan Nasional Jakarta pada 24 Mei 2017.

Sebagai alat kejuangannya, Hasyim Asyari dan sejumlah kiai lainnya mendirikan organisasi NU. Sejak awal organisasi ini menjadi motor penggerak sikap keberagamaan yang moderat. Sikap ini dijalankan dengan mengedepankan prinsip ukhuwah (persaudaraan) dan tasamuh (toleransi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun