Hasyim Asy'ari berpandangan bahwa nasionalisme dan agama adalah dua kutub yang tidak berseberangan. Nasionalisme adalah bagian dari ketaatan beragama. Prinsip dalam Pancasila sesungguhnya adalah ajaran-ajaran Islam yakni berketuhanan dalam tawhid, berkeadilan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah untuk mufakat dan toleransi. Demikianlah salah satu butir deklarasi Pesan Kebangsaan dari Tebuireng (2017).
Nama Hadratusysyaikh K.H.M. Hasyim Asy'ari bertalian dengan K.H.A. Wahab Hasbullah. Kejuangan kedua tokoh ini---melalui Nahdlatul Ulama (NU)-- membidani Resolusi Jihad NU menjadi dasar syar'i melakukan Pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Hal tersebut menjadi acuan Presiden RI Joko Widodo pada tahun 2016 mengukuhkan tanggal 22 Oktober setiap tahunnya sebagai Hari Santri Nasional.
Penghargaan tertinggi yang diberikan kepada Hasyim Asy'ari adalah gelar Pahlawan Nasional yang disematkan oleh Presiden RI Sukarno pada tahun 1964 untuk mengenang jasa-jasanya.
 Tokoh PendidikanÂ
Hasyim Asy'ari berkecimpung di dunia pendidikan sejak mendirikan lembaga Pesantren Tebuireng hingga akhir hayatnya. (1888-1947) Sebagai seorang pendidik, Hasyim Asy'ari tidak hanya mencerdaskan umat (Muslim), namun lebih dari itu Hasyim Asy'ari juga merupakan sosok yang mumpuni dalam mengayomi rakyat.
Hasyim Asy'ari adalah pemikir yang benar-benar bisa mengimplementasikan usaha mencerdasan umat dalam hal beragama. Lebih dari itu, Hasyim Asy'ari juga menjadi pembimbing bagi masyarakat. Jadi peran ulama untuk yatafaqqahu fiddin (mencerdaskan umat) dan yundzira qawmahum (membimbing umat) berjalan berimbang dan seiringan.
Salahuddin Wahid (cucu Hasyim Asy'ari) dalam Seminar Tokoh K.H. Hasyim Asy'ari yang dihelat di Museum Kebangkitan Nasional Jakarta pada 24 Mei 2017 menyebutkan bahwa Hasyim Asy'ari adalah teladan yang sangat relevan untuk dianut, utamanya dalam konteks saat ini. Keteladanan yang patut ditiru itu bukan saja mengenai gagasan-gagasan besarnya, namun juga keseharian hidupnya.
Melengkapi penghargaan terhadap prestasi Hasyim Asy'ari, Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristekdikti) Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D. dan Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Prof. Dr. Djaali meresmikan Gedung Bung Hatta dan Gedung K.H.M. Hasyim Asy'ari pada 8 Februari 2017. Penamaan Gedung Kampus UNJ ini menandakan bahwa Bung Hatta dan Hasyim Asy'ari dianggap sebagai tokoh yang berkontribusi penting dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Pada 15 April 2017 Presiden RI Joko Widodo mengapresiasi sumbangsih kejuangan Hasyim Asy'ari dengan meresmikan Masjid Raya di Jakarta Barat. Masjid yang dibangun di atas lahan seluas 2,4 hektar tersebut dinamai Masjid Raya Jakarta K.H. Hasyim Asy'ari, sebagai bentuk apresiasi pemerintah terhadap jasa-jasa Hasyim Asy'ari dalam menyebarkan nilai-nilai Islam dan ke-Indonesiaan yang sesuai dengan prinsip Islam yang rahmatan li al-'alamin.
Joko Widodo mengatakan bahwa Hasyim Asy'ari adalah Pahlawan Nasional yang mencintai Republik ini dengan sepenuh hati. Hasyim Asy'ari telah membuktikan bahwa kecintaan terhadap negeri Indonesia tak akan hilang.
Hasyim Asy'ari mengajarkan sikap toleran terhadap pemikiran-pemikiran baru demi kemajuan umat Islam Indonesia. Dalam Kongres NU di Bandung tahun 1935, Hasyim Asy'ari menyerukan umat agar membela Islam, ber-ijtihad (mengambil keputusan) untuk melawan orang-orang yang menghina Al-Qur'an dan sifat-sifat Tuhan.