Mohon tunggu...
Achmad Nur
Achmad Nur Mohon Tunggu... Seniman - Ahmadnrmansyah

Manusia biasa, tetapi susah bangun. Suka memberi pesan whatsapp, "okey sampai sana aku whatsapp", sampai akhirnya "Tidak, saya sudah dijemput!."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Narkoba Penyambung Lidah Bandar

9 Agustus 2019   15:24 Diperbarui: 9 Agustus 2019   18:43 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi yang cerah, pukul 07.00 pagi hari sudah saatnya anak-anak bersiap-siap kesekolah terkecuali hari libur. Roban seorang anak yang berumur 15 tahun, anak yang tidak melanjutkan pendidikan setelah naik ke kelas dua SMP, bukan karena orang tua nya tidak mampu membiayai sekolah nya, tetapi itu kemamuan dirinya sendiri.

Roban tak ingin sekolah karena iaingin seperti bapaknya. Roban memiliki satu saudara, dan iayang paling bungsu, Roban dan kakak laki-laki nya sama saja yang tak ingin bersekolah dikarenakan sudah terbiasa memiliki uang yang banyak.

Dikampung kumuh yang dipenuhi gang-gang sempit dan rumah yang berdempet-dempet, penuh dengan sesak orang-orang diperkampungan, namun dengan sesaknya kampung maka semakin nyaman orang-orang dikampung itu, orang-orang yang tinggal dikampung itu menama kan nya kampung Badjaw, mengapa di nama kan kampung Badjaw, dahulunya kampung itu ditempati banyak orang-orang yang mayoritas bersuku Badjawpendatang namun hari demi hari telah banyak yang pulang kekampung halaman nya kembali dan walaupun ada sebagian yang menetap dikampung itu, tidak tahu karena apa yang sebagian nya pulang kekampung kehalamanya.

Dikampung Badjaw lah tempat Roban ini tinggal, bapak Roban yang semasa muda nya sudah lama tinggal dikampung ini, yang dulunya kampung ini terkenal kampung Texas yang banyak dipinggir jalan gang-gang sempit yang dipenuh bujangan yang meminum-minuman keras. Dan dulunya juga sering terjadi pertikaian antar teman dikarenakan pengaruh minuman keras tadi, tidak hanya itu jika ada orang kampung lain yang masuk kekampung Badjaw dan berbuat macam-macam maka tempatnya rumah sakit atau kuburan, memang sifatnya sebagianorang kampung Badjaw yang sudah terdidik sangat keras dan brutal. 

Tiap hari bujangan dikampung itu melakukan kegiatan miminum-minuman keras, karena sudah terbiasa dan sudah dijadikan rutinitas para bujangan dikampung itu, kegiatan yang dilakukan sedari siang hari hingga larut malam, dipinggir jalan gang-gang sempit dan disamping tiang listrik tempat berkumpulnya para bujangan.

***

Dulunya bapak Roban adalah seorang Bandar togel dikampung itu, banyak dari sebagian orang-orang dikampung itu meminati togel, dari bapak-bapak hingga sampai ibu-ibu dikampung itu sangat minat bermain togel, dan sebagian banyak orang dikampung itu sangat pandai dalam hal merumus nomor-nomor togel. Namun selepas banyak nya hari berganti, beberapa dari pelanggan bapak Roban mulai berkurang, dan sampai saatnya bapak Roban berhenti menjadi Bandar togel.

Tidak sampai disitu saja profesi bapak Roban menjadi Bandar, setelah menjadi Bandar togel tidak lama bapak Roban menganti profesinya menjadi Bandar narkoba jenis sabu-sabu. Sebagian bapak sampai anak bujang dikampung itu tidak lagi kebiasaan meminum-minuman keras, namun narkoba nya makin menjadi-jadi.

Siang hari setelah Roban bepikiran berhenti sekolah dan memberitahu bapak dan ibunya, ibu Roban orang yang masa bodoh dengan kelakuan suaminya maupun anaknya sekalipunyang penting dapat mengihidupi dan mengisi urusan perut. 

"Roban tidak mau melanjutkan sekolah Roban lagi pak." Dengan muka ragu-ragu roban berkata kepada bapaknya.

"Mengapa kamu mau berhenti sekolah?..." Dengan tegas bapak Roban berbicara.

"Roban mau seperti kakak dan seperti bapak, yang dapat memiliki banyak uang dengan  cara cepat dengan hanya menjual sabu."

Roban yang terbiasa melihat orang dikampungnya yang dari ujung kampung hingga sampai kebelakang kampung di gang-gang sempit banyak orang yang menjual sabu-sabu, narkoba itu dikenalnya dari orang dilingkungan tempat tinggalnya itu, seorang Bandar yang menjadikan anak muda sebagai peluncur yang menjual barang haram itu dalam bentuk plastik yang berukuran kecil. Banyak dari orang luar yang masuk kekampung itu untuk membeli barang haram itu. Kebetulan juga bapak Roban seorang Bandar besar dan sudah sangat lama menjual narkoba setelah berhenti menjadi Bandar togel.

Akhirnya Roban berhenti sekolah dan mau mengikuti jejak bapaknya menjadi Bandar sabu-sabu. Bapak Roban yang memiliki banyak pelucur dan pemasok paling banyak barang haram itu, berkerja sama dengan Bandar lain nya yang dikampung itu, dan nanti nya akan ditimbang per gram dan siap dijual sesuai haraga barang.

Kampung Texas yang berganti nama menjadi kampung narkoba, Roban menjadi peluncur bapaknya yang menjual narkoba kecil-kecilan di gang-gang sempit perkampungan, menunggu ada pembeli yang datang, narkoba yang sudah banyak ditahu orang-orang, dari yang tua hingga yang muda. Dari depan gang hingga sampai belakang gang banyak pelucur yang menunggu di sela-sela gang. Jika kau pertama kali masuk kekampung tempat Roban tinggal, awal masuk gang sudah ada yang teriak menawari.

"Berapa boss..."

Seperti itu biasa seorang peluncur menawari barang haram tersebut, kampung yang sering menjadi target aparat untuk menangkap seorang Bandar narkoba bukan menjadi hal yang aneh buat orang dikampung itu, itu sudah menjadi biasa jika ada yang ditangkap aparat, Bandar yang lainya hanya tinggal menunggu giliran saja, siapa yang akan menjadi target tangkapan aparat berikutnya. Adanya penggrebekan aparat tidaklah membuat sebagian orang dikampung itu sadar agar berhenti menjual barang haram itu, maka makin menjadi penjual sabu-sabu dikampung itu. Mungkin itu sudah menjadi bagian perkerjaan baru buat orang-orang dikampung itu

Berbeda dengan Bandar yang lain, bapak Roban sudah tau jika ada penggrebekan nantinya, Bapak Roban yang sudah banyak kenal dengan aparat, mungkin bisa saja bapak Roban berkerja sama dengan aparat Negara tersebut untuk menjaga dirinya agar terus menjadi Bandar narkoba. Mungkin dari hasil uang berjualan narkoba bapak Roban cukup untuk membayar aparat yang dikenalnya, istilah nya uang tutup mulut untuk beberapa aparat yang dikenal bapak Roban. Sampai sekarang aparat-aparat itu datang terus untuk meminta jatah kepada bapak Roban agar tetap menjaga bapak Roban dari ancaman aparat lainya.

***

Narkoba menjadi kan kampung itu tempat perputaran uang, dan juga narkoba itu menjadikan penyambung lidah Bandar, seperti halnya dari Bandar ke peluncur, dari peluncur dan pembeli, hingga dari pembeli dan pembeli, sampai akhirnya dikenal meluas secara perlahan dan secara sembunyi-sembunyi. Namun narkoba tidaklah membuat seseorang yang menggunakan dan menjualnya, dapat tidur dengan puas dan tenang.

Roban sudah terbiasa memegang uang banyak, uang hasil menjual sabu-sabu punya bapaknya, dan yang beberapa uang itu akan di setor kan keseorang Bandar yang tidak lain bapak kandungnya sendiri. Bandar ini yang memperkerjakan para peluncur untuk menjual narkoba tersebut.

Sampai akhirnya Roban memiliki istri, dan menikah dengan uang usaha nya sendiri,walaupun dengan hasil yang tidak baik. Setelah menikah Roban sudah memiliki peganggan narkoba sendiri, dan memiliki peluncur sendiri, tidak barang dari bapaknya lagi. Tetapi ia memiliki modal sendiri yang akan diputar nantinya. Tidak lagi memikirkan itu uang haram atau tidak, ini sudah urusan perut, tidak hanya Roban yang berpikiran seperti itu tetapi sebagian orang-orang dikampung itu juga yang sudah kecanduan menjual narkoba. Dan narkoba tidak hanya mencandukan yang memakainya saja, tetapi juga mencandukan orang untuk terus menjualnya, Jika penjualanya barang haram tersebut lancar.

***

Tidak lagi peduli dengan waktu, mau siang atau pun malam ada saja dari sebagian orang kampung itu yang menjual barang haram itu, pembelinya juga berbeda-beda dan tidak hanya kaum laki-laki saja yang membeli, namun kaum perempuan jalang ada juga yang meminati barang haram itu. Anak-anak yang masih bersekolah pun ada yang sudah kecanduan narkoba, seperti itulah narkoba, penyambung banyak lidah. yang sudah terbiasa dengan barang haram itu akan terus datang kekampung itu, entah orang dari mana saja yang sudah sering masuk ke kampung yang sangat kumuh dan sempit itu. Orang-orang kampung yang tak asing lagi dengan aparat yang berdatangan, Jika ada aparat yang menangkap salah satu dari seorang peluncur, maka banyaklah Bandar yang mengasingkan diri ditempat lain dan bersembunyi dalam beberapa waktu agar terus berjaga-jaga peluncur siapa yang ditangkap aparat.

Roban yang sedari berumur lima belas tahun sudah belajar menjual norkoba, dan sampai memiliki modal sendiri, dan memiliki peluncur sendiri, yang tak lain anak-anak kampung situ yang tak bersekolah atau pun tidak mau bersekolah dan anak itu yang memiliki bapak yang lebih dulu ditangkap aparat, maka diperkerjakanlah anak itu.

Menjeleng sehabis magrib, Roban mendengar peluncur dari Roban ditangkap aparat, dan ditemukan barang bukti narkoba berjenis sabu-sabu, yang dibungkus dalam plastik kecil. Mulai lah Roban memakukan aksinya, melari kan diri dari tempat tinggalnya dan mengangsingkan diri untuk beberapa waktu.

Dibawalah peluncur Roban ini kekantor aparat dan akandintrogasi oleh aparat, sesampai dikantor aparat maka mulai lah peluncur itu ditanya-tanya aparat, itu pun Alhamdulillah kalau tidak dipukul.

"Dari mana kamu dapat barang ini?.." dengan tegas polisi bertanya 

"Peluncur Roban hanya terdiam saat ditanya kan aparat."

"Mengapa kamu diam, jawab..." sambil aparat bertanya sampai juga tangan melayang dimuka peluncur Roban.

"Punya saya pak." 

"Dari siapa kamu dapat barang ini" melayang lagi tangan dimuka peluncur Roban.

"iyaa ini punyaa saya pak."

"iyaa.. kamu dapat dari mana barang ini?." Tangan terus melayang dibagian muka Peluncur Roban sampai sipeluncur mengaku.

"yaa.... ini Punya Roban orang dikampung tempat saya tinggal pak, saya berkerja sama dia" dengan suara terbatah-batah Sipeluncur mengaku.

Sampai akhirnya Roban dicari aparat Negara, dan menungguwaktu saja untuk kapan akan di tangkap aparat, dan Roban sudah menjadi target aparat .

(Cerita di atas disusun berdasarkan pengalaman yang diceritakan orang-orang kampung yang lebih dulu tinggal dikampung itu.)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun